Jumat, 26 April 2024

Pencemaran Mikroplastik Ancam Ekosistem Sungai dan Kesehatan Manusia

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Cici Eka Rahayu bersama team KTP mengamati mikroplastik dalam air Tambak Wedi, Surabay. Jenis yang ditemukan adalah mikroplastik fiber berukuran 20 mikron. Sumber fiber berasal dari limbah domestik cucian pakaian atau laundry. Foto : Istimewa

Ecoton bersama Komunitas Tolak Plastik (KTP) sekali pakai dan mahasiswa pecinta alam Universitas Muhammadiyah Surabaya (Mupalas) mengadakan penelitian pada Jumat (19/3/2021) di Tambak Wedi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam 100 liter air Sungai Tambak Wedi, ditemukan 20 partikel mikroplastik.

“Air Sungai Tambak Wedi terkontaminasi mikroplastik jenis fiber, jumlahnya 20 partikel dalam 100 liter air sample,” jelas Cici Eka Rahayu, anggota KTP.

Dengan menggunakan mikroskop binokuler pembesaran 40-100 kali ditemukan partikel mikroplastik jenis fiber sebesar 20 micrometer (20 micron). Jenis mikroplastik fiber bersumber dari serpihan tekstil dari pakaian yang umumnya terbuat dari polyester (plastik).

“Mikroplastik jenis fiber selalu mendominasi temuan partikel mikroplastik di perairan, hal ini karena limbah cair rumah tangga atau limbah domestik dari pemukiman tidak memiliki sistem pengolahan jadi langsung dibuang ke sungai, limbah sisa cucian atau laundry tanpa disaring langsung terbuang ke sungai,” kata Eka Chlara Budiarti peneliti Mikroplastik Ecoton.

Alumni Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang mengkhawatirkan temuan mikroplastik di sungai Tambak Wedi, karena mikroplastik merupakan senyawa gangguan hormon, jika masuk ke dalam tubuh manusia maka akan menimbulkan gangguan reproduksi dan gangguan sistem hormon.

“Di dalam mikroplastik terdapat senyawa-senyawa aditif seperti Phtalat, Bhispenil A, dan Alkylfenol yang bersifat pengganggu hormon, banyak temuan yang menunjukkan paparan mikroplastik dapat menyebabkan turunnya kualitas sperma dan menopause dini,” jelasnya.

Kata Eka, bahaya mikroplastik juga bisa berasal dari produk plastik sekali pakai, dan sumber mikroplastik saat ini tidak terkendali sehingga butuh regulasi pemerintah kota dan kabupaten untuk melarang dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai seperti sachet, tas kresek, sedotan, botol air minum sekali pakai, dan sachet, sedangkan untuk masyarakat harus mulai menggurangi dan menolak pemakaian plastik sekali pakai.

Temuan WWF intenasional dalam sehari manusia mengkonsumsi 0,7 gram mikroplastik, dalam 10 hari 2 lembar plastik seukuran kartu ATM seberat 7 gram dikonsumsi manusia.

“Mikroplastik ini berasal dari air minum dalam kemasan, air minum, seafood dan makanan yang kita konsumsi setiap hari yang umumnya dibungkus plastik, Styrofoam, melalui sedotan. Kita perlu mengurangi kandungan plastik dalam tubuh kita dengan cara mengurangi pemakaian plastik sekali pakai,” pungkas Eka.(man/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
26o
Kurs