Jumat, 29 Maret 2024

Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa Diharapkan Bantu Kemandirian Desa

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Mengupas secara daring tentang pengbdian masyarakat oleh mahasiswa diharpkan bantu kemndirian desa dan tanggung jawab keilmuan. Foto: Humas Unusa

Kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang selama ini dilakukan perguruan tinggi sebagai bentuk menjalankan tri dharma, diharapkan membantu kemandirian desa. Sekaligus bisa jadi jurnal ilmiah.

Upaya itu diseminarkan dua narasumber, masing-masing Prof Nizam Plt. Dirjen Dikti Kemendikbudristek, dan Prof Luthfiyah Nurlaela Kepala BPSDM Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, secara daring. Bertema Perguruan Tinggi Mengabdi Menuju Desa Mandiri, sebanyak 217 makalah dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dipresentasikan dalam seminar tersebut.

Prof Nizam menyampaikan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah satu di antara kegiatan yang menjadikan ruang belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan, tetapi semesta atau samudera kehidupan sebagai tempat menimba ilmu, mengasah diri dan mengembangkan kompetensi.

“Selama ini kita berpendapat bahwa kompetensi itu hanya bisa diperoleh di ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium, Padahal sumber ilmu ada di mana-mana, maka melalui MBKM filosofi dasar pendidikan kita kembalikan kepada khitahnya, menimba ilmu dari mana pun dan mengamalkan ilmu di mana pun,” terang Prof. Nizam, Kamis (18/11/2021).

Prof Nizam mengajak kampus untuk terus meningkatkan pengabdiannya ke desa.

“Dari 80 ribuan desa saat ini masih ada sekitar 27 ribuan desa dengan status tertinggal. Kalau desa tertinggal itu ada kantong-kantongan kemiskinan, kantong-kantong masalah kesehatan, pendidikan dan masalah ekonomi, bisa dikeroyok dan selesaikan secara bersama-sama, maka desa kita akan lebih cepat maju dan sejahtera,” kata Nizam.

Ditambahkan Prof Luthfiyah Nurlaela, desa mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik.

“Melalui dana desa diharapkan akan tercipta desa mandiri. Karena itu penggunaan dana desa diarahkan untuk pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan desa, program prioritas nasional sesuai kewenangan desa, dan mitigasi bencana alam dan non alam sesuai kewenangan desa,” kata Luthfiyah.

Guru Besar Universitas Negeri Surabaya ini menambahkan, dalam hal program MBKM terkait dengan desa, pendekatan program yang diambil sebaiknya dilaksanakan secara holistik.

“Mengirim mahasiswa adalah contoh program. Aktivitasnya merupa merekrut dan membuka peluang mahasiswa yang ingin mengambil hak belajar 3 semester di luar program studi dalam bidang proyek di desa, mahasiswa bertugas mengajar, berkolaborasi terkait isu-isu di desa dan tinggal bersama masyarakat di desa selama satu tahun (2 semester) sekaligus menjadi inspirasi dan motivasi untuk pemuda desa serta motor perubahan bagi pemangku kepentingan lain,” katanya.

Hal lainnya, lanjut Luthfiyah menambahkan, yang bisa dilakukan adalah bekerja intensif dan jangka panjang. Bentuknya, dengan menempatkan mahasiswa secara bergantian dan kontinu 3-5 tahun di sebuah desa binaan untuk memastikan perubahan yang berkelanjutan tanpa menciptakan ketergantungan kepada sebuah sosok atau program.

Menurut Luthfiyah ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk membangun desa secara berkelanjutan dan menjadi desa mandiri. Tahap pertama, dalam hal pelibatan, yakni mahasiswa fokus menemukan aktor lokal dan melibatkannya dalam inisiatif tingkat desa hingga kabupaten yang berpotensi menggerakkan masyarakat di daerahnya.

Tahap kedua, pengembangan. Mahasiswa fokus mengembangkan kapasitas para aktor lokal dengan menjejaringkan mereka dan membuka interaksi dengan entitas di luar kabupatennya. Lalu tahap ketiga, kolaborasi. Di mana mahasiswa fokus mendorong terjadinya kolaborasi aktor lokal baik di daerahnya maupun dengan entitas lain di luar daerahnya.

Prof Achmad Jazidie Rektor Unusa mengatakan, bahwa kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi kini tidak hanya berhenti pada laporan tapi dapat ditulis pada jurnal dan diseminarkan seperti saat ini.

“Melalui seminar seperti inilah pengalaman terjun ke masyarakat dalam bentuk pengabdian pada masyarakat bisa dipertanggungjawabkan dan didesiminasikan lebih luas lagi. Ini adalah bagian dari tanggung jawab keilmuan,” tutup Jazidie.(tok/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
29o
Kurs