Sabtu, 27 April 2024

Prihatin Anak Kecanduan Gadget, Balai RW Mojo Dijadikan Sanggar Tari

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Bertempat di Balai RW Mojo, anak-anak ini belajar tari Remo Foto: Manda Roosa suarasurabaya.net

Berawal keresahan melihat anak-anak kecil dilingkungannya asik bermain gadget, menggugah Indarti , yang tergabung di sanggar seni BrangWetan melakukan sesuatu untuk anak-anak dilingkungan sekitarnya.

Bertempat di Balai RT 06, RW 05 Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng, Indarti disupport RT dan RW Kelurahan Mojo mendirikan sanggar tari buat anak- anak kampung sekitarnya. Sanggar ini diberi nama Qyrani Swastika artinya Cahaya Keberuntungan.

“Awalnya teman-teman dari BrangWetan mengadakan latihan di balai RW ini, lalu pak RT menyampikan ide untuk membuka sanggar tari di sini,” kisah Indarti kepada suarasurabaya.net saat ditemui di tempat latihannya di Balai RW Mojo.

Ide itu disambut baik, apalagi ia juga prihatin melihat anak-anak banyak yang bermain gadget selama tidak bersekolah karena pandemi. “Pagi-pagi mereka sudah main hape, hampir setiap saat,” katanya prihatin.

Indarti lalu mengajak beberapa remaja sebagai pelatih tari, mereka adalah penari dari BrangWetan, ada keyza, Fitri, dan Tasya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. “Meski masih muda tapi jam terbang tinggi sudah banyak megikuti kompetisi tari,” jelasnya.

Kini Setelah tiga bulan berjalan, sanggar tari ini memiliki 30 anak didik, latihan sementara dilakukan seminggu satu kali dilakukan pada hari Sabtu sore dan peminatnya bukan hanya anak-anak dari warga kampung sekitar tapi juga dari Karangrejo dan Kertajaya.

 

Indarti (bekerudung ungu),memperhatikan anak didiknya latihan menari Dongklak. Foto: Manda Roosa suarasurabaya.net

Jenis tari terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan usia, untuk anak PAUD, dikenalkan tari bermain atau dolanan, yang SD kelas 1-3, dikenalkan Tari Dongklak, untuk remaja diajarkan Tari Remo, Tiniban dan Gandrung.

“Khusus tari Remo, merupakan tarian utama yang harus dikuasi, dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan usia masing-masing anak,” urai Indarti yang dulunya bekerja di travel umroh.

Deasy salah satu orangtua yang anaknya turut bergabung di sanggar ini mengaku senang karena ada sanggar tari di balai RW sehingga anaknya ada kegiatan, karena selama pandemi anaknya tidak bersekolah tatap muka. “Kebetulan anaknya juga senang nari, lalu lokasinya juga dekat rumah, jadi anak-anak engga bosen di rumah terus,” jelasnya.

Indarti mengatakan, dengan adanya sangar tari di balai RW Mojo ini anak-anak mempunyai kegiatan positip mengisi waktu selama tidak bersekolah, dan bisa menjadi bekal kelak dewasa. “Pintar tidak semata-mata ilmu pengetahuan tapi juga harus punya ketrampilan,” tuturnya.

Ke depan, Indarti berharap kemampuan anak-anak ini dapat dilihat oleh Dinas Pendidikan atau Dinas Pariwisata agar bisa dieksplor dan dilibatkan tampil jika ada kegiatan.(man/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
32o
Kurs