Selasa, 28 Mei 2024

Spesies Baru Katak Pucat Pantai Selatan Ditemukan di Hutan Garut

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Katak-pucat pantaiselatan (Chirixalus pantaiselatan sp. nov.) Foto: Antara

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengumumkan penemuan spesies baru katak-pucat pantai selatan dari marga Chirixalus Boulenger di hutan dataran rendah di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Temuan ini menambah koleksi data keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.

“Setelah dilakukan analisis morfologi, molekuler dengan menggunakan DNA mitokondria dan suara kawin (advertisement call) maka jenis itu tidak cocok dengan jenis dari marga yang sudah ada. Oleh karena itu, didukung bukti morfologi, molekuler, dan akustik, jenis ini dideskripsikan sebagai jenis baru,” kata Amir Hamidy peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI seperti dilaporkan Antara, Jumat (30/7/2021).

Katak-pucat pantai selatan (Chirixalus pantaiselatan sp. nov.) adalah kelompok katak Rhacophorid kecil dengan panjang tubuh jantan 25,3–28,9 mm.

Sampel katak-pucat pantai selatan itu dijumpai pada 2017 silam dalam kegiatan citizen science yakni Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita (Go ARK).

Hasil penelitian itu telah diterbitkan pada Raffles Bulletin of Zoology pada 5 Juli 2021.

Temuan itu dapat memberikan informasi baru tentang distribusi beberapa spesies atau bahkan jenis baru dari area umum.

Amir yang merupakan salah satu penulis dalam penelitian itu mengatakan Chirixalus pantaiselatan sp. nov. secara morfologi paling mirip dengan Chirixalus nongkhorensis dari Chonburi, Thailand.

“Pola warna punggungnya serta secara genetik paling dekat dengan Chirixalus trilaksonoi yang juga berasal dari Jawa Barat,” ujar Amir.

Selain Amir, Misbahul Munir salah satu kontributor utama penemuan itu menuturkan, saat ini status konservasi Chirixalus pantaiselatan kemungkinan terancam kritis.

Berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN), kriteria Daftar Merah Spesies Terancam adalah tingkat kemunculannya <100 kilometer persegi (km2), luas huniannya <10 km2, dan hanya ditemukan di satu lokasi, yang kualitas habitatnya menurun.

Sementara itu, usulan status Daftar Merah IUCN untuk jenis baru itu didasarkan pada data yang terbatas dan membutuhkan survei intensif untuk justifikasi yang lebih kuat.(ant/iss/den)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Selasa, 28 Mei 2024
26o
Kurs