Senin, 29 April 2024

Peringatan Sumpah Pemuda, Khofifah: Pemuda Jatim Harus Jadi Lakon

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim waktu berfoto bersama para pramuka seusai upacara Hari Sumpah Pemuda di Madiun, Jumat (28/10/2022). Foto: Humas Pemprov Jatim.

Dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 94, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur (Jatim) mendorong pemuda-pemudi di wilayahnya menjadi game changer atau para lakon (pemeran utama) yang mengubah jalannya permainan.

Menurut Khofifah, sosok game changer akan menjadi penentu saat tengah berada di persimpangan antara maju dan mundur serta antara hidup dan mati. Kata Khofifah, mereka memiliki karakter inisiatif, kolaborasi, dan inovasi atau yang disingkat ‘IKI’.

“Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki mampu merubah jalannya permainan perubahan peradaban, memunculkan sebuah realitas dan kesadaran baru,” ungkap Khofifah dalam upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Alun-alun Kabupaten Madiun, Jumat (28/10/2022).

Pada peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, Madiun sengaja dipilih Khofifah sebagai lokasi pusat penyelenggaraan dengan alasan khusus.

Pasalnya, Madiun memiliki sosok pemuda pencetak sejarah yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional, yakni Manifesto 1925 dan Konggres Pemuda II. Sosok tersebut adalah Prof Mr Sunario Sastrowardoyo.

Sunario yang lahir di Madiun 28 Agustus 1902 diketahui aktif sebagai pengacara. Ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda.

Dia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928, yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres tersebut, Sunario menjadi pembicara dengan makalah Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.

Khofifah menyebut peringatan Sumpah Pemuda bukanlah sebuah rutinitas tahunan untuk bernostalgia. Melainkan menjadi pelecut semangat bersama untuk menggerakkan roda perjuangan pembangunan dan mencapai cita-cita bersama.

Dalam amanatnya, Khofifah menceritakan jika para pemuda dalam Sumpah Pemuda 1928, sebagian besar berasal dari kaum aristokrat atau kaum terdidik yang mendapatkan pendidikan tinggi.

Tidak sulit sebenarnya bagi mereka untuk bisa hidup mewah dan enak di bawah pemerintah kolonial Hindia Belanda. Tetapi, mereka justru meninggalkan kesempatan bergelimang kemewahan material tersebut untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih sebuah cita-cita.

Kata Khofifah para pemuda kala itu meletakkan kepentingan diri sendiri, dan menguatkan kehendak dan tekad bersama untuk Kemerdekaan Indonesia.

“Saat ini, yang dibutuhkan Indonesia dan Jawa Timur adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia,” ujarnya.

Khofifah mengatakan, Sumpah Pemuda diperingati agar seluruh elemen bangsa dapat menyingkap relevansi momen bersejarah tersebut dalam situasi saat ini.

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa tumbuh dan terciptanya para game changer baru dari kalangan muda harus ditunjang dengan kondisi ekonomi dan sosial yang mumpuni. Oleh karena itu tugas dari Pemprov Jatim memiliki tanggung jawab menata pembangunan yang berkeadilan.

“Kami sadar betul game changer tidak bisa muncul secara tiba-tiba, karenanya Pemprov Jatim juga terus berupaya menciptakan ekosistem yang menunjang dan benar-benar memperhatikan kualitas hidup para pemudanya,” pungkasnya. (wld/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
30o
Kurs