Selasa, 30 April 2024

14,2 Persen Per 100 Ribu Penduduk Indonesia Setiap Tahun Idap Parkinson, Dokter Beberkan Gejalanya

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Dokter Achmad Fahmi Spesialis Bedah Saraf National Hospital Surabaya. Foto: Meilita suarasurabaya.net

Sekitar 14 ribu dari setiap 100 ribu penduduk Indonesia mengidap penyakit parkinson, penyakit sistem saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan.

Dokter Achmad Fahmi, Spesialis Bedah Saraf National Hospital Surabaya menyebut setidaknya jumlah pasien parkinson sebesar 14,2 persen per 100 ribu penduduk.

“Kebanyakan di laki-laki penderitanya, perbandingannya 1,2 banding 1. Kalau perempuan 1, laki-laki 1,2. Penyebabnya belum diketahui sampai saat ini,” kata Dokter Fahmi, Jumat (21/4/2023).

Beberapa gejala yang akan dialami penderita yaitu tremor. Paling sering terjadi yaitu tremor dan kaku.

“Gejalanya getar tremor, kedua adalah keterlambatan gerak, kekakuan yang dirasakan tubuh dan gangguan keseimbangan,” katanya lagi.

Selain pengobatan, jika sudah tidak efektif, pengidap parkinson harus menjalani operasi Deep Brain Stimulation (DBS).

“Pemasangan alat seperti pacemaker jantung. Tapi kabelnya bukan ke jantung, tapi ke otak. Tujuannya bukan untuk menambah dopamine tapi menyetabilkan neurotrasmitter di otak di mana kondisi dopaminenya turun. Jadi neurotransmitter lebih bagus, gerakan juga lebih stabil,” terangnya.

Operasi itu adalah pilihan terakhir jika meminum obat tidak lagi efektif. Menurut Fahmi, maksimal hanya boleh delapan kali meminum obat, lebih dari itu akan berpotensi terkena diskinesia.

“Operasi dilakukan jika obat sudah tidak optimal lagi. Hanya enak sebentar terus muncul gejala. Misal minum obat sampai 10 kali sehari. Padahal maksimal delapan kali sehari. Efeknya, nanti diskinesia gangguan gerakan jadi goyang-goyang gitu,” bebernya lagi.

Meski ada potensi kegagalan, tapi dari 66 operasi DBS yang selama ini ia tangani, tak pernah terjadi.

“Sejauh ini 355 operasi, termasuk 66 DBS sejauh ini belum ada efek samping yang permanen jadi temporari pernah, agak lemas satu sisi. Lalu membaik,” tambahnya.

Lama alat itu bisa dipakai mulai 4 hingga 15 tahun harus diganti dan dilakukan operasi lagi. Namun pemasangan itu juga bersyarat, tidak boleh terkena magnet kuat juga tidak boleh dipasang di area terdapat infeksi.

“Ada dua macam baterai di Indonesia saat ini. Ibarat HP tidak bisa dicas kurang lebih 4 sampai 5 tahun. Ini tergantung voltase yang digunakan. Yang bisa dicas, ngecasnya ditempel setelah penggunaan 15 tahun. Ini perlu diganti,” tandasnya.(lta/abd/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
28o
Kurs