Senin, 29 April 2024

ICC-OSH : Penting untuk Antisipasi Dampak Perubahan Iklim dan Pemanfaatan AI dalam K3

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Gelaran Indonesian Conference & Competition Occupational Safety & Health (ICC OSH) ketiga kalinya pada tahun 2023 ini yang diselenggarakan pada tanggal 23 – 26 Mei 2023 di Atria Hotel Malang. Foto: ICC OSH

Edi Priyanto Wakil Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Provinsi Jawa Timur (DK3 Jatim), menilai perubahan iklim terus berdampak bagi K3 pekerja di berbagai industri.

Hal tersebut disampaikannya dalam “Diskusi Panel: Indonesian Conference & Competition Occupational Safety & Health” di Hotel Atria, Malang, Jatim pada Rabu (24/5/2023).

Menurutnya, sejumlah dampak perubahan iklim yang dimaksud seperti kondisi bekerja semakin berat, penyebaran penyakit-penyakit tertentu, peningkatan risiko kecelakaan, gangguan pasokan hasil produksi, dan stres termal.

Risiko kecelakaan juga meningkat bagi sektor konstruksi dan transportasi akibat bencana banjir yang dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi. Selain itu banjir bisa menimbulkan gangguan pasokan bahan baku dan hasil produksi bagi sektor pertanian dan industri berbasis sumber daya alam (SDA).

“Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah, pengusaha, dan pekerja bekerja sama mengimplementasikan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi,” kata Edi Priyanto dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net.

Menurut Edi, untuk menghadapi dampak perubahan iklim diperlukan beragam kebijakan seperti perubahan metode kerja, peringatan dini tentang cuaca ekstrem, dan peningkatan pemahaman tentang risiko kesehatan.

Hal lainnya adalah berbagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai penyebab utama perubahan iklim. Kondisi ini berasal dari aktivitas-aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil.

“Melalui kerangka kerja Environmental, Social, and Government (ESG), perusahaan dianjurkan mengurangi jejak lingkungannya dengan mengadopsi praktik berkelanjutan, seperti pengurangan emisi GRK, penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah yang baik, dan perlindungan sumber daya alam,” ujar Edi yang juga merupakan pegiat lingkungan dari Kampung Edukasi Sampah.

Selain adanya dampak perubahan iklim yang perlu diadaptasi dan mitigasi melalui program K3, ujar Edi, perusahaan-perusahaan juga dihadapkan pada penerapan artificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) yang akan berdampak pada revolusi penerapan K3.

Dengan implementasi AI bisa diperoleh perusahaan-perusahaan berupa meningkatkan identifikasi bahaya, memprediksi potensi risiko, dan melakukan pemantauan (monitoring) secara real time. Kemudian mendeteksi kondisi tidak aman dan merekomendasikan berbagai kebijakan guna meminimalisir potensi risiko.

“Sembilan peran artificial intelligence dalam K3 yakni risk assessment, predictive maintenance, detecting behaviours, data analytics, real time monitoring and alerting, hazardous industries, ergonomics, training and education, serta robotics,” tuturnya.

Dari risk assessment yang dilakukan algoritma AI mampu mengidentifikasi potensi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dan memberikan analisis risiko waktu nyata.

“AI juga dapat memberikan peringatan secara real time kepada pekerja untuk bekerja secara aman,” ujarnya.

Selain itu, fungsi AI berupa hazardous industries bisa memantau dan mengontrol potensi bahaya di industri dari jarak jauh, sehingga mengurangi risiko kecelakaan. Sistem ini juga mampu mengintegrasikan penilaian dan risiko ergonomi serta merekomendasikan evaluasi postur dan posisi pekerja.

Sementara itu identifikasi unsafe condition bisa menganalisis data dan memberikan wawasan untuk meningkatkan aspek K3. Kemudian, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menyarankan cara untuk meningkatkan budaya keselamatan.

Dari implementasi budaya keselamatan diharapkan para pekerja dapat memberikan umpan balik dengan lebih proaktif dalam menjaga keselamatannya.

Pada sisi meningkatkan rasa tanggung jawab dilakukan perusahaan melalui umpan balik real time yang bisa meningkatkan tanggung jawab para pekerja. Selain itu mendorongnya melakukan berbagai keputusan untuk meningkatkan kinerja keselamatan

“Dengan demikian artificial intelligence mampu meningkatkan budaya keselamatan organisasi dengan mengidentifikasi potensi bahaya, memberikan umpan balik, rekomendasi secara real time, mengembangkan program pelatihan dan pendidikan sesuai kebutuhan, dan mempromosikan budaya tanggung jawab,” jelasnya.

Meski demikian, Edi mengingatkan meski AI dapat menyumbang peningkatan budaya keselamatan, tapi tanggung jawab ini tetap pada manusia.

“Organisasi perlu mengintegrasikan AI dengan kebijakan, prosedur, dan pengawasan manusia yang efektif untuk memastikan keselamatan yang optimal,” pungkasnya. (bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
28o
Kurs