Rabu, 1 Mei 2024

Blusukan ke Pasar Oro-Oro Dowo Malang, Atikoh Dengar Keluhan Harga Bawang Putih Naik

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Siti Atikoh Supriyanti istri Ganjar Pranowo Capres nomor urut 3 saat safari politik di Kota Malang, Jawa Timur, pada Minggu (28/1/2024) dengan blusukan ke Pasar Oro-oro Dowo untuk mengecek beberapa harga bahan pokok. Foto : istimewa

Siti Atikoh Supriyanti istri Ganjar Pranowo capres nomor urut 3, mengawali safari politik di Kota Malang, Jawa Timur, pada Minggu (28/1/2024) dengan blusukan ke Pasar Oro-Oro Dowo untuk mengecek beberapa harga bahan pokok.

Namun, Atikoh lebih dahulu berjalan kaki sekitar 350 meter menuju pasar dari penginapan yang berada di Jalan Cerme.

Atikoh melintasi Taman Malabar sebelum sampai di Pasar Oro-Oro Dowo. Beberapa warga tampak menyalami ibunda Muhammad Zinedine Alam Ganjar itu.

Atikoh kemudian sampai di pasar setelah berjalan kaki sekitar 15 menit dengan didampingi beberapa politisi PDI Perjuangan di antaranya Krisdayanti dan Dewanti Rumpoko.

Mantan wartawan itu di pasar langsung menuju lapak pedagang sayuran milik Syaiful dan membeli bawang merah serta putih masing-masing satu kilogram.

Atikoh sembari mencari bawang yang segar berdialog dengan Syaiful untuk menanyakan harga kebutuhan pokok seperti kol, kacang panjang, serta bawang putih dan merah.

“Harga bagaimana? Sayuran stabil, ya,” kata Atikoh bertanya kepada Syaiful.

Syaiful mengamini informasi soal harga sayuran yang stabil, tetapi biaya untuk bawang merah dan putih sedang naik.

“Kalau bawang putih naik, Bu,” kata dia.

Dari pedagang sayuran, Atikoh silih berganti menuju lapak penjual alpukat, tempe, tahu, dan telur ayam kampung. Ibunda Muhammad Zinedine Alam Ganjar itu tampak membeli barang di beberapa tempat itu.

Atikoh selanjutnya menuju pintu keluar Pasar Oro-Oro Dowo sehabis berbelanja sekaligus mengecek harga bahan pokok.

Namun, langkah Atikoh terhenti menuju pintu keluar. Dia berhenti di depan lapak pedagang sayuran dan melihat daun pepaya yang digodok.

Dia tampak menanyakan ketahanan sayuran apabila pedagang bisa menggodok lebih dahulu sebelum komoditas dijual di pasar.

“Ini tahan berapa lama,” tanya Atikoh kepada pedagang sayuran.

“Ini tahan seminggu (maksudnya sayur yang digodok, red),” kata pedagang.

Atikoh tampak kaget mendengar jawaban pedagang bahwa kondisi sayuran tetap segar selama sepekan untuk bisa dijual ke pasar.

“Hah? Seminggu? Kok, bisa,” ujarnya.

“Ini sudah direbus soalnya,” kata pedagang.

Atikoh setelah bertanya tampak mengangguk, lalu tersenyum. Dia kemudian memohon pamit ke pedagang untuk keluar dari area Pasar Oro-Oro Dowo.

Siti Atikoh terkesan dengan fasilitas yang ada di Pasar Oro-Oro Dowo, Kota Malang, Jawa Timur.

“Ada ya yang membedakan (dengan pasar lain) bersih banget, jadi kayaknya pengen keliling di semua tempat terus barang-barangnya segar-segar, sudah dipacking juga rapi keliatan banget,” kata Atikoh.

Adapun bahan-bahan yang dijual di pasar ini, menurut Atikoh, sudah melalui tahap penyortiran sehingga mutu dan kualitasnya terjamin dan pengunjung pun nyaman untuk membeli.

“Jadi yang dijual disini kayanya memang yang grade A ya, yang kualitas prima, kemudian banyak juga yang organik hasil dari sayuran hidroponik dan banyak sekali sayuran-sayuran yang sehari-hari agak sulit ditemui, ya. Karena memang daerah Malang Raya ya, Batu Malang, kemudian Kabupaten Malang terutama itu banyak sekali menghasilkan sayuran-sayuran yang bermutu,” kata Atikoh.

“Karena pasarnya yang bersih dan sehat jadi sebagai konsumen pasti akan merasa terlindungi, merasa aman,” sambung Atikoh.

Saat sesi wawancara dengan awak media, KD, sapaan karib Krisdayanti, mengatakan, pengawasan mutu terhadap komoditas pangan yang masuk ke pasar Oro-Oro Dowo diawasi ketat, demi menjaga kualitas dan konsumen.

Hal ini tak lepas dari tupoksi KD sebagai legislator dari Dapil Malang Raya, yang berperan mengawasi seluruh stakeholder yang terlibat dalam proses distribusi barang keluar-masuk di pasar Oro-Oro Dowo.

“Memang salah satu tupoksinya (DPR) dalam hal pengawasan, jadi terkait badan pengawas obat dan makanan kita liat makanan-makanan apa yang ada pengawet dan sebagainya. Bahkan kadang ada beberapa dari BPOM provinsi yang bawa mobil untuk tes langsung. Jadi itu jelas membuat keamanan dan kenyamanan pembeli untuk dapat memilih dan memilah belanjaan yang sehat,” kata KD.

Sebagai informasi, paslon Ganjar-Mahfud menggalang program-program kerakyatan dengan jargon khas mereka, Sat-set, Tas-tes.

Jargon tersebut jadi simbol bahwa Ganjar-Mahfud siap mengatasi masalah-masalah rakyat, dengan cepat dan solusi yang tepat.

Teruntuk masalah pasar, Ganjar-Mahfud sangat memperhatikan geliat ekonomi di tempat tersebut. Pasalnya, pasar merupakan tempat dimana rakyat kecil berinteraksi melakukan jual-beli kebutuhan sehari-hari.

Oleh karenanya, Ganjar-Mahfud berkomitmen menjaga kualitas barang yang ada di pasar, baik itu pasar-pasar tradisional hingga swalayan, seraya menekan harga jual yang tinggi dengan memberantas adanya praktik mafia pangan.(faz/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 1 Mei 2024
28o
Kurs