Selasa, 23 April 2024

Jangan Bung, Ketika Seniman Muda Bersatu

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara karya seniman muda berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang berbeda di Jangan Bung. Foto: Totok suarasurabaya.net

Terinspirasi perlawan pada penjajah di masa lalu serta berlatar belakang perbedaan diantara masing-masing, 20 seniman muda berbagai kota di Indonesia, gelar pameran Jangan Bung.

Jangan Bung adalah kata-kata Bahasa Jawa yang dapat dimaknai sebagai Sayur Bambu Muda. Ketika aneka bumbu dan rempah yang berasal dari berbagai kawasan di Nusantara ini dipadu dengan Bambu Muda, maka tampillah sebuah menu yang nikmat.

Selain itu, Bambu Muda pada kreasi dan ide para seniman ini juga dimaknai sebagai Tombak Bambu yang digunakan para pejuang di masa lalu untuk melawan peralatan tempur penjajah Belanda dan Sekutu di bumi Nusantara.

Karya-karya dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi tersebut sebagian besar diakui para kreatornya sebagai pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi yang paling tidak mendorong para seniman itu untuk tetap bertahan di dunianya sebagai seniman.

Apri Susanto satu diantara seniman menyampaikan bahwa dunia berserta isinya termasuk manusia di dalamnya. Masing-masing diciptakan dengan perannya sendiri-sendiri, yang tidak sama tetapi bisa jadi saling melengkapi. Dan justru dari perbedaan-perbedaan dan saling melengkapi itu muncul sebuah keindahan.

“Perbedaan itu mungkin sengaja diciptakan Tuhan. Dari perbedaan itu maka manusia, dunia dan seisinya saling melengkapi, saling mendukung. Perbedaan itu diluar kemampuan manusia sendiri kemudian muncul keindahan, yang bisa jadi sama sekali tidak terpikirkan. Itulah menariknya,” terang Apri Susanto.

Manusia sering lalai bahwa justru dari perbedaan munculnya sebuah keindahan serta keseutuhan yang hakiki. “Justru Kebhinekaan dalam kebersamaan adalah kekuatan utama mengalahkan berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan,” tambah Apri.

Acin Henri pada karyanya yang berjudul: Harapan, Doa dan Cita-cita yang terinspirasi atas sakit atau penyakit yang diderita sang ibunda tercintanya, ditampilkan dengan santun dan indah. Sedangkan Perempuan diciptakan Galang Mado yang terinspirasi figur perempuan sebagai dermaga dimulainya kehidupan.

Ditambahkan Rani Anggraini Manager House of Sampoerna bahwa pihaknya berharap dari Jangan Bung generasi muda menemukan jati diri serta mengembangkan potensinya sekaligus mampu mengukir prestasi.

“Kami berharap pameran ini nanti sekaligus bisa jadi ajang silaturahmi bagi para seniman muda yang berasal dari beberapa kota di Indonesia, dengan latar belakang berbeda-beda. Seniman sebagai inspirator semoga menjadi semakin dekat dengan masyarakatnya,” pungkas Rani, Kamis (22/8/2019).

Jangan Bung dijadwalkan akan berakhir pada Sabtu (7/9/2019) setelah sebelumnya, pada saat pembukaan Kamis (15/8/2019) dihadiri para seniman yang ikut berpartisipasi di Galeri Paviliun House of Sampoerna, Surabaya.(tok/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
27o
Kurs