Jumat, 29 Maret 2024

Risiko Asal Ganti BBM Bisa Turunkan Performa Mesin

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Pengisian BBM di SPBU. Foto: Humas PT Pertamina

Kenaikan harga BBM Pertamax per 1 April sebanyak Rp3.000 per liter menjadi Rp12.500 membuat pertalite langsung mengalami kelangkaan di beberapa wilayah.

Tidak berubahnya harga jual pertalite membuat minat konsumen banyak beralih pada BBM RON 90 ini. Namun, convert Pertamax ke Pertalite juga tidak bebas konsekuensi.

“Secara teknis semua kendaraan sudah didesain khusus. Desain dari kendaraan itu sehubungan dengan kompresinya masing-masing. Tentu ini akan menentukan besaran RON yang sesuai untuk kendaraan,” kata Ananto Setiawan Praktisi Otomotif dan Balap Mobil saat mengudara di Radio Suara Suarabaya, Sabtu(2/4/2022).

Penggunaan BBM dengan RON tertentu harus disesuaikan dengan jenis kendaraannya. Ananto memperingatkan untuk tidak secara sembarangan melakukan konversi karena akan berdampak pada performa dan ketahanan mesin.

“Kendaraan dengan perbandingan kompresi 9–10 masih bisa pakai Pertalite, di atas itu untuk perbandingan kompresi 10–11 harus pakai Pertamax. Kendaraan perbandingan kompresi 10-11 yang langsung berpindah dari Pertamax ke Pertalite. Dari RON tinggi ke RON rendah. Akibatnya mesin jadi tidak awet dan performanya akan turun,” paparnya.

Ananto menambahakan, berpindahnya penggunaan bahan bakar tanpa ada perubahan kompresi dan timing pengapian mesin nanti akan terjadi knocking.

Knocking merupakan getaran yang berfrekuensi tinggi yang disebabkan oleh terjadinya ledakan atau pembakaran yang prematur di dalam ruang bakar silinder atau pembakaran yang bukan disebabkan oleh letupan bunga api busi. Biasanya disebabkan karena pengapian yang terlalu maju.

“Kalau knocking atau pembakaran prematur sering terjadi. Akhirnya terjadi pertentangan di kinerja mesin. Waktu tenaga pistonnya naik, justru terdorong turun. Nah saat bertentangan ini temperaturnya akan jadi lebih tinggi, efisiensinya rendah. Nah ini lama kelamaan akan membuat performa mesin motor turun drastis”, jelasnya.

Penggunaan knocking sensor berfungsi membuat engine control unit memerintahkan pengapian untuk dimundurkan beberapa derajat sampai tidak terjadi lagi knocking.

Beberapa mobil tahun 2000-an keatas menurut Ananto, tidak menggunakan knocking sensor, apalagi pada motor. Sehingga engine control unit nya tidak dapat menyesuaikan dengan kompresi bahan bakar.

“Imbasnya akan terjadi pemborosan, penurunan performa dan ketahanan mesin yang rendah. Jika ingin melakukan convert bahan bakar maka harus dilakukan penyesuaian kompresi pada mesin. Bisa dilakukan di bengkel atau dilakukan sendiri,” pungkasnya. (tha/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
29o
Kurs