Sabtu, 4 Mei 2024

The Flins Tone Kenang Hampir Dua Dekade Berkarya Lewat 19 Years Still Pop Punk

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Penampilan The Flins Tone dalam showcase bertajuk "19 Years Still Pop Punk", Sabtu (4/11/2023), di Personal Horror Altar. Foto: Billy suarasurabaya.net

Showcase bertajuk “19 Years Still Pop Punk”, Sabtu (4/11/2023), di Personal Horror Altar, jadi cara The Flins Tone (TFT) menandai konsistensi mereka berkiprah di industri musik dengan genre Pop Punk sejak 2004 silam.

Dalam showcase itu, TFT menyanyikan sebanyak 20 lagu mulai dari Desperate in Relationship, Jangan Menyerah Hari ini, Hariku Harimu, Tragedy on September, hingga Forget Me in Vegas yang dibawakan lewat kolaborasi dengan musisi ternama seperti Naykila, Dwi Pramono (The People of The Sun), dan Boliph (Black Rawk Dog).

Rifqy “Monzy” selaku vokalis The Flins Tone mengatakan, “19 Years Still Pop Punk” bukan sekedar jargon atau nama acara. Tapi punya arti lebih untuk keluarga TFT, khususnya dalam regenerasi.

“19 tahun ini sebenernya semacam syukuran buat kasih tau ke temen-temen (pendengar TFT), kalau 19 tahun ini kami masih bisa berkarya juga karena adanya regenerasi dari mereka yang masih mendengarkan musik kami, which is (yang artinya) itu adalah pop punk,” kata Monzy kepada suarasurabaya.net.

Dia mengenang perjalanan panjang sejak mulai manggung pertama kali pada tahun 2005, atau tepatnya setahun setelah terbentuk sangat tidak mudah.

“Wah gila, panggung pertama itu sebenarnya di tahun 2005 harusnya. Tahun 2004 itu kami itu baru bener-bener masuk studio buat ikut audisi dan itu kalo ga lolos, ya kami gak akan main,” kata Monzy.

Pada waktu itu, TFT harus kolektif dalam kurun waktu yang cukup lama, pada periode 2004 hingga jelang 20210. Ikut audisi di studio-studio untuk acara pensi sekolah, kampus, hingga acara dari brand rokok.

“Ya masalah keterima-keterima yaudah lah, pokoknya kami daftar dulu. Manggung dulu tuh audisinya di studio, ya ada masa-masa juga kami tidak lolos ada masa juga kami lolos. Ada masa juga kami lolos, tapi main saat dijadikan bahan cek sound, ada juga sih masa-masa itu,” kenangnya.

Monzy yang juga berprofesi sebagai penyiar salah satu radio di Surabaya itu juga memberikan apresiasinya soal perkembangan kolektif pada zaman saat ini.

Menurutnya, sistem kolektif di tahun 2000-an beda dengan sekarang. Selain ada audisi, dulu sebuah kolektif identik hanya untuk sebuah skena dan siapa saja yang satu koneksi di dalamnya. Tapi sekarang, sifatnya lebih terbuka untuk semua kalangan.

“Kalau dulu kan bener-bener kolektif itu ya berbayar, gak lolos, atau mentok kami dapet tiket buat masuk acara tersebut, jadi gak bisa main. Kalau sekarang kan memang untuk membesarkan skenanya, membesarkan bandnya, mempromosikan karyanya juga, kolektif itu sekarang sangat membantu sih,” bebernya.

Untuk diketahui, dari hampir dua dekade The Flinstone berkarya di dunia musik Kota Pahlawan, band yang juga digawangi Achmad “Ucup” Yusuf Choiri (bass), Rudy “George” (gitar), Diko Putranto (gitar), Bimo Putranto (drum) ini, sudah menghasilkan dua full album, tiga extended play album (mini album), dan satu album live.

Bahkan, album Good News yang mereka rilis tahun 2015 masih dengan genre sukses masuk nominasi AMI Awards 2016 untuk kategori karya produksi metal terbaik, bersanding dengan pentolan band metal Afterkoma, Bless The Knights, Sunday Sad Story, hingga Dead Vertical. Padahal, album Good News murni memainkan genre pop punk.

Dari masuknya TFT ke nominasi tersebut, Monzy bilang kalau dia bersama dengan para personel lain yang notabene juga punya pekerjaan diluar band, punya pemikiran untuk mencari rezeki murni dari dunia musik.

Apalagi, koneksi dengan musisi besar yang punya genre hampir serupa dan lalu-lalang di Ibu Kota seperti Rocket Rockers (Bandung), Pee Wee Gaskins (Jakarta) hingga Endank Soekamti (Yogyakarta), Superman Is Dead (Bali), punya koneksi dekat dengan The Flins Tone.

“Kalau dibilang pengen, pengen banget. Tapi apakah kami harus move, itu yang lagi kami diskusikan, ga harus move kesana (Jakarta). Kami punya home base di Surabaya, ya di Surabaya aja. Tapi kami buat Jakarta itu ladang untuk mencari rezeki nantinya,” ujarnya.

Kedepan, Monzy mengungkapkan harapannya bersama dengan keempat personel lain tak lain hanya makin kompak memasuki dua dekade dan seterusnya. Apalagi, TFT  mereka mulai jelang kepala dua sampai masing-masing personel sudah berkeluarga.

“Kami ngerasa target yang paling kami harus kejar adalah gimana kami setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun itu bisa lebih solid dari ini,” ungkapnya.

“Ternyata dengan kesibukan kami sebagai kepala rumah tangga, sebagai bapak dari anak-anak kami, sebagai teman-teman yang juga punya kesibukan lain, itu kami selalu punya The Flins Tone di dalam hidup kami. Manajemen sudah punya timeline, kami pengen bikin karya lagi pasti tapi belum bisa kami bocorin,” tutupnya. (bil/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Sabtu, 4 Mei 2024
28o
Kurs