
Lukman Leong, analis mata uang Doo Financial Futures mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap sektor perbankan Amerika Serikat (AS) membaik.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar seiring membaiknya sentimen pasar dengan meredanya kekhawatiran di sektor perbankan AS,” ujarnya, laporan dari Antara, Senin, (20/10/2025).
Permasalahan sektor perbankan AS yang dimaksud adalah kebangkrutan dari First Brands Group dan Tricolor Holdings yang menyeret nama-nama korporasi bank besar seperti JP Morgan, Bank of America, dan Jefferies.
First Brands merupakan perusahaan pemasok suku cadang otomotif global, sedangkan Tricolor Holding bergerak di bidang pembiayaan mobil bekas berbasis teknologi finansial dan Artificial Intellingence (AI).
Kebangkrutan dua perusahaan yang terkait industri otomotif tersebut memicu kekhawatiran akan standar pinjaman nan longgar, terutama di pasar kredit swasta yang tak transparan.
Namun, potensi penguatan kurs rupiah diperkirakan terbatas mengingat investor mengantisipasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) pada pekan ini.
“BI diperkirakan akan memangkas suku bunga dalam usaha mendukung dan sejalan dengan program stimulus ekonomi pemerintah,” ucap Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diprediksi berkisar Rp16.500-Rp16.650 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin di Jakarta menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.573 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.590 per dolar AS.(ant/mas/iss)