Selasa, 14 Mei 2024

Jelang Armina, Tidak Semua CJH Indonesia Patuhi Imbauan Pemerintah

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan
Bus sholawat di terminal Bab Ali, Masjidil Haram. Foto: Eddy suarasurabaya.net

Tidak semua jamaah calon haji Indonesia mematuhi imbauan pemerintah Saudi dan Indonesia menjelang dan selama ibadah Armina.

Menjelang ibadah Armina, pemerintah Arab Saudi menghentikan operasional bus sholawat agar jamaah lebih berkonsentrasi ibadah di pemondokan masing-masing, tidak ke Masjidil Haram.

Tapi tidak semua jamaah mematuhi imbauan itu. Berdasarkan pantauan suarasurabaya.net, hal tersebut terjadi terutama di pemondokan sektor 1 kawasan Mahbas jin yang jaraknya sekitar 2 km dari Masjidil Haram.

Penghentian operasional bus sholawat benar-benar efektif dirasakan mulai Rabu (7/9/2016) hari ini, tapi masih banyak jamaah yang memilih berjalan ke Masjidil Haram. Alasannya, ini adalah kesempatan yang tidak bisa terulang.

Beribadah haji mengumpulkan uang agar bisa berangkat ke tanah suci, sayang rasanya kalau tidak memanfaatkan setiap kesempatan sholat di Masjidil Haram. Untuk bisa mencapai Masjidil Haram para jamaah harus melewati terowongan mahbas jin yang panjangnya 2 km.

Kalaupun harus bersusah payah dalam suhu yang mencapai hampir 50 derajat celsius, menurut Farida satu diantara jamaah asal Sumenep itu adalah konsekwensi ibadah.

“Toh jamaah bisa istirahat tidur dan bangun menjelang sholat lima waktu berikutnya,” kata dia.

Bagi jamaah yang ada mahbas jin, jarwal dan misfalah yang paling jauh 2 km dari Masjidil Haram mungkin pilihan jalan kaki bisa ditempuh. Tapi yang ada di radius 3 km lebih seperti di Syisyah, Azizyah dan Syisyah Roudhoh berjalan kaki untuk sholat lima waktu adalah pilihan yang berat. Meskipun demikian, ada saja jamaah yang melakukannya. Yang diketahui suarasurabaya.net, jamaah-jamaah dari Turki, Afghanistan dan Afrika ada yang berjalan kaki menuju Masjidil Haram. Diantaranya ada juga yang memilih naik taksi.

Ketentuan lain dari pemerintah Arab Saudi, yang berpotensi besar ada jamaah yang melanggar adalah tentang jadwal lontar jumroh. Sejak 2 minggu sebelum ibadah Armina, sebenarnya jamaah Indonesia sudah seringkali disosialisasi tentang jam larangan lontar jumroh. PPIH Arab Saudi lewat petugas kloter sudah menekankan agar tidak mengambil waktu afdol lontar jumroh karena sangat berbahaya untuk keselamatan jamaah.

Waktu berkumpul, saat sosialisasi memang tidak ada sanggahan tentang waktu larangan lontar saat afdol. Tapi kemudian di luaran masih ada jamaah yang berpendapat seharusnya melakukan lontar pada saat afdol. Kebanyakan mereka diarahkan oleh KBIH-nya tanpa mempedulikan keselamatan jamaah.

Untuk antisipasi soal lontar di jam larangan ini, sebenarnya PPIH Arab Saudi sudah membuat mekanisme pengawasan yang intensif dilakukan oleh satuan operasi, satop Armina. Nanti di setiap pintu keluar maktab Mina akan ditempatkan petugas yang memeriksa pergerakan setiap jamaah menuju Jamarot. Kalau bukan jadwalnya pasti akan dihalau kembali masuk maktab.

Pengabaian jadwal lontar jumroh oleh rombongan bahkan kloter bukan hanya dilakukan di dalam jadwal larangan. Untuk di waktu yang masih di luar larangan masih kemungkinan besar terjadi terutama pada kloter yang mendapatkan waktu lontar di hari berikutnya sangat berdekatan dengan hari sebelumnya.

Ini terjadi pada jadwal lontar jumroh kloter yang sama dengan kloter suarasurabaya.net yakni kloter 1 embarkasi Surabaya. Pada lontar jumroh hari kedua pada Selasa (13/9/2016) jadwalnya pukul 22.00 waktu setempat. Tapi hari ketiga pada Rabu (14/9/2016) jadwalnya pukul 06.00 waktu setempat. Daripada harus kembali ke maktab yang jaraknya 3,5 km dan kembali lagi beberapa jam kemudian, ada wacana di dalam kloter ini agar merapatkan waktu lontar.

Jadi, setelah lontar kedua yang diperkirakan dilakukan menjelang tengah malam, jamaah putar balik di sekitar jamarat dan melakukan kembali lontar di hari berikutnya yang jaraknya hanya beberapa menit. Risiko tentunya tetap ada karena lontar di luar jadwal. Tapi beberapa jamaah berpendapat risikonya tidak sebesar kalau di waktu afdol karena pada lontar ketiga bersamaan dengan jamaah Asia Tenggara. Pilihan ini ideal bagi jamaah di kloter satu yang menjalankan nafar awal karena setelah itu bisa langsung pulang ke hotel dan melanjutkan tawaf ifadoh di Masjidil Haram tanpa perlu kembali ke Mina. (edy/dwi)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 14 Mei 2024
27o
Kurs