Sabtu, 11 Mei 2024

Tembakau di Pamekasan Terancam Gagal Panen

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Tembakau di Pamekasan terancam gagal panen. Foto: Antara

Tujuh hektare tanaman tembakau milik petani Pamekasan, Madura, Jawa Timur terancam gagal panen karena menipisnya air embung persediaan petani.

Tanaman tembakau yang terancam gagal panen ini, terjadi di Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan. “Jika air embung habis, kemungkinan tanaman tembakau kami akan mengering. Sekarang saja sudah menipis seperti ini,” kata Mustowir petani di desa itu, seperti dilansir Antara, Sabtu (8/8/2015) pagi.

Demi menyiasati habisnya persediaan air, warga mengatur pola penyiraman tanaman tembakau secara bergantian karena embung penampungan air yang digunakan untuk tanaman tembakau itu digunakan bersama oleh delapan petani tembakau lainnya.

Terkadang warga terpaksa mengambil air ke sumber air ke desa lain dengan biaya lebih mahal karena harus menggunakan mobil pikap.

Sementara untuk kebutuhan mandi dan memasak, sebagian warga di Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, terpaksa menggunakan air yang agak keruh yang diambil dari sumur yang ada di desa itu.

“Kalau untuk diminum, caranya dimasak dulu, lalu didiamkan selama beberapa menit. Setelah kotorannya mengendap, airnya baru bisa digunakan untuk minum, tentu harus dimasak lebih dulu,” tutur warga lain, Mat Kosim.

Ia menuturkan, kondisi kekurangan air bersih saat kemarau memang biasa terjadi dan dialami warga di desa itu. Masyarakat, kata dia, telah mengusulkan bantuan sumur bor ke Pemkab Pamekasan, namun belum ada tanggapan karena terkendala anggaran.

Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, ini merupakan satu dari 80 desa yang dilanda kekeringan di Kabupaten Pamekasan pada kemarau kali ini.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan menyebutkan, sejak memasuki Agustus 2015 ini, daerah yang dilanda kekeringan semakin luas, yakni dari sebelumnya hanya 200 dusun di 80 desa, kini menjadi 299 dusun.

Kecamatan yang dilanda kekeringan tersebar di 11 kecamatan dari total 13 kecamatan yang ada di wilayah itu. “Hanya dua kecamatan yang hingga kini belum masuk kategori daerah rawan kekeringan, yakni Kecamatan Kota dan Kecamatan Galis,” kata Akmalul Firdaus Kepala BPBD Pemkab Pamekasan.

Ia menjelaskan, data daerah rawan kekeringan di Pamekasan ini berdasarkan pemetaan dan laporan sejumlah kecamatan. Penyebabnya, karena panasnya cuaca, dan musim kemarau yang datang lebih awal.

Firdaus mengatakan dari 299 dusun yang rawan kekeringan sebanyak 166 dusun di 37 desa mengalami kering kritis, dan sebanyak 133 dusun di 42 desa mengalami kering langka.

Kering kritis, kata Firdaus, adalah kondisi yang mana pemenuhan air di dusun itu hanya mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Selain itu, jarak yang harus ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih hingga radius 3 kilometer lebih.

Sedangkan yang dimaksud dengan kategori kering langka antara lain ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan warga di bawah 10 liter per orang, per hari.

“Dan jarak yang harus ditempuh warga untuk mendapatkan air antara 0,5 kilometer hingga maksimal 3 kilometer,” ujarnya.

Pemkab Pamekasan mengklaim telah melakukan distribusi bantuan air bersih ke desa-desa yang dilaporkan mengalami kekeringan dan kelangkaan air bersih itu. Sebanyak tujuh unit armada mobil tangki dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan, yakni mobil tangki dari BPBD dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pemkab Pamekasan.

“Hanya saja, bantuan air yang kami distribusikan sementara ini, untuk kebutuhan primer saja. Kalau kebutuhan pertanian, belum bisa kami lakukan,” katanya. (ant/den)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Sabtu, 11 Mei 2024
30o
Kurs