Jumat, 3 Mei 2024

Usia Senja, Seorang Tuna Netra Hafiz Quran

Laporan oleh Bruriy Susanto
Bagikan
Sadikin dan istrinya Nur Fadilah yang sama-sama seorang tuna netra mampu membaca tilawatil quran. Foto : Bruriy suarasurabaya.net.

Menjadi seorang hafiz atau penghafal alquran bukanlah perihal yang mudah. Apalagi, di usia yang sudah tua, kemudian dengan kondisi keterbatasan fisik yang tidak memungkinkan.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan seorang pengamen keliling yang tinggal Sidoarjo, dan terus berjuang dan masih ingin menjadi hafiz. Dia adalah Dikin Warsito, seorang tuna netra yang mampu menghafalkan alquran, walaupun beberapa juz.

Tidak hanya itu, pria berusia 51 tahun ini, saat membacakan ayat suci alquran lantunannya merdu. Bahkan, titik letak tajwid dan nada makhroj cukup bagus, saat membacakan alquran surat al-baqarah ayat 153 hingga 157.

Pria berusia 51 tahun itupun mengungkapkan, untuk belajar mengaji menghafalkan alquran dilakukan sejak kecil, walaupun dengan kondisi keterbatasan fisik. “Mengalami seperti ini (tuna netra, red) sejak kecil. Untuk belajar mengaji sejak usia sepuluh tahun,” kata Didik Sadikin, kepada suarasurabaya.net, Sabtu (20/8/2016) malam.

Untuk belajar menghafal alquran, Dikin panggilan akrabnya mengaku, hanya mengandalkan pendengaran, saat ada orang lain membaca alquran dengan tajwid dan makhroj yang benar.

Selain itu, juga mendapatkan arahan dari guru ngajinya, yang saat itu masih di tempat tinggalnya Desa Ngangkatan, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. “Yang mengajari ngaji (baca alquran, red) saya sejak kecil itu ustadzah Musriah (almarhummah, red). Dia yang selalu mengajari membaca alquran,” tuturnya.

Dengan seiring berjalannya waktu, hal itu dilakukan Sadikin beranjak berusia 15 tahun, dirinya ikut membantu mengajar mengaji, untuk anak-anak yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya. Tidak lama mengajar, diapun berhijrah ke salah satu pondok di kawasan Karangploso, Malang.

Untuk memperdalam ilmu membaca alquran. “Waktu itu bisa hafal 15 juz. Yang mengajari KH Mahfud, setelah itu hijrah ke Singosari. Tapi, tidak lama, saya belajar mandiri dan keliling sampai di Sidoarjo,” ucap dia.

Ketika sudah berada di Sidoarjo, Sadikin pun keliling menjadi seorang pengamen selama bertahun-tahun dengan kondisi sebagai tuna netra. Hingga dirinya mengenal sosok Nur Fadilah yang dipersunting untuk jadi istri.

“Saya hanya kenal beberapa bulan, dikenalkan sama tema sesama tuna netra. Kemudian, cocok, baru bulan Februari kemarin saya nikah,” kata Sadikin.

Untuk mengenai kehidupan ekonomi sehari-hari, Sadikin mengaku, kalau hingga sekarang masih mengandalkan mengamen keliling yang hanya dilakukan sekitar dekat dengan tempat tinggalnya di kawasan Tambakrejo.

Sedangkan istrinya Nur Fadilah, kesehariannya selalu ada di rumah bekerja sebagai tukang pijat, dan tidak keliling mencari pasien. “Semua rejeki ini saya syukuri, meski tidak begitu banyak,” ucapnya. (bry/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
25o
Kurs