Sabtu, 25 Mei 2024

Bahas Perpustakaan, FPPTI Jawa Timur Gelar Pertemuan di UKWMS

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Drs. JV. Djoko Wiryawan Wakil Rektor III UKWMS saat memberikan sambutan pembukaan SLiMS Commeetup 2018. Foto: Istimewa

Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPTI) Jawa Timur menginisiasi penyelenggaraan Temu Komunitas dan pengguna Senayan Library Management System (SLiMS) se Indonesia (SLiMS Commeetup 2018) di Auditorium Benedictus Kampus UKWMS Dinoyo, Jumat (30/11/2018).

Tidak hanya untuk temu komunitas, dari sisi konten acara juga melibatkan berbagai komunitas teknologi informasi yang mendukung perkembangan perpustakaan.

Perkembangan teknologi untuk perpustakaan, saat ini sangat pesat. Baik teknologi software, maupun hardware. Konsep interoperabilitas, telah mengantarkan era baru pengembangan teknologi di perpustakaan menjadi lebih dinamis.

Informasi di era teknologi informasi merupakan sesuatu yang sangat mudah diperoleh oleh setiap orang, namun kemampuan menelusur informasi yang baik belum dimiliki setiap orang. Informasi yang beredar di masyarakat perlu dikelola dengan baik.

Perpustakaan sebagai salah satu lembaga pengelola informasi harus memiliki kemampuan ini.

Informasi yang dikelola, dapat berupa fisik maupun non fisik, dan pengelolaannya diperlukan dukungan teknologi yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.

Pemustaka di era millennial sangat familiar dengan hal yang bernama informasi, oleh karena itu perpustakaan dan pustakawan harus memiliki kemampuan untuk dapat melayani pemustaka ini.

“Teknologi informasi yang berkembang harus menjadi mitra bagi perpustakaan untuk dapat selalu melayani pemustaka serta melakukan inovasi dan kreatifitas agar eksistensinya dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi masyarakat,” terang Josefine Hira Eksi, S.Sos., Kepala Perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).

Hadir mewakili Drs. H. Saifullah Yusuf sebagai pembicara Dr. Ir. Abdul Hamid, MP., Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur mengupas bagaimana sejatinya perpustakaan dibutuhkan masyarakat.

“Republik Indonesia semakin lama semakin sadar dengan kepentingan untuk mencerdaskan bangsa. Dulu orang lihat perpustakaan sebelah mata, tapi baru dua bulan saya menjabat ada banyak tantangan. Perpustakaan tidak hanya menjadi jendela, tapi harus menjadi pintu dunia,” papar Abdul Hamid.

Abdul Hamid menuturkan bahwa sejatinya ada banyak tugas yang harus dikerjakan secara bersama-sama pada pengelolaan perpustakaan.

“Melalui acara ini kita juga membutuhkan masukan dari SLiMS, minat baca masyarakat kita rendah sekali. Tapi ada contoh yang bagus, di sebuah desa di Banyuwangi, kita buat perpustakaan desa yang ditata sedemikian rupa. Kemudian mereka baca, ada buku teknik budidaya ikan dan lain sebagainya. Berdasarkan itu tadi mereka tertarik membaca dan menjadi wirausahawan. Itulah peran kita mencerdaskan bangsa, mensejahterakan mereka,” tambah Abdul Hamid.

Materi kedua disampaikan Heriyanto, Ph.D., dosen Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro Semarang mengupas Open Access Sustainability di Indonesia.

Jurnal berbasis akses terbuka (open access) memunculkan beberapa fenomena seperti, pertumbuhan jurnal melesat dengan cepat; jurnal baru bermunculan tanpa memperhatikan kaidah, dan sebagian jurnal menerapkan sistem bayar untuk publikasi.

“Itu memunculkan dampak ketika diseminasi ilmu pengetahuan bisa berlangsung tanpa batas, kita bisa mengakses semua macam publikasi dengan gratis. Lalu tidak ada kesenjangan informasi, dan seharusnya justru bisa menurunkan tindak plagiarism karena kita bisa dengan mudah menelusuri ini karya si A atau B,” ungkap Heriyanto.

Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan, walaupun akses terbuka tetap perlu peer review dari kolega. Lalu bila berbasis akses terbuka, bagaimana peran pustakawan?

“Oleh karena itu kita harus bekerja sama dengan para akademisi dalam mengembangkan layanan perpustakaan yang mendukung penelitian mulai dari, pemilihan jurnal, mendiseminasikan laporan penelitian, dan penyimpanan data,” kata Heriyanto.

Dengan demikian peran aktif pustakawan ditengah perkembangan akses terbuka ini adalah memahamkan masyarakat penggunanya, kuasai repository dan bantu mereka untuk self deposit.

Pemateri selanjutnya, Wardiyono, MBA., Ketua Senayan Developer Community (SDC). SDC atau SLiMS merupakan perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan sumber terbuka yang sudah dilisensikan.

Perangkat ini sendiri telah meraih penghargaan Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) tahun 2009 untuk kategori open source (sumber terbuka).

“Lahir pada 29 November 2007, SLiMS tentu punya mimpi. Yakni menjadi kerangka kerja dalam keilmuan kepustakaan yang mampu beradaptasi dan berkembang mengikuti kemajuan teknologi informasi. Dan menjadi aplikasi yang mudah digunakan, serta berkembang mengikui kemajuan teknologi,” papar Wardiyono.

Dibagian akhir, Drs. Kuncoro Foe, G.Dip.Sc., Apt., Rektor UKWMS menyampaikan materinya tentang Tren Perpustakaan di Era Millenial.

Kuncoro menuturkan bahwa profesi pustakawan dan bidang profesinya merupakan bidang yang sangat ditantang saat ini. “Perpustakaan sebagai jantung pendidikan formal, kalau perpustakaan tidak hidup saya yakin pendidikannya tidak berkualitas. Pelanggannya harus kita identifikasi, apa kebutuhan mereka?” terang Kuncoro.

Pada praktiknya, Kuncoro pun mendorong perpustakaan UKWMS untuk mengajak para mahasiswa dalam menggunakan dan memanfaatkan layanan yang disediakan di perpustakaan UKWMS.

Sebagai penutup Hira sapaan Josefine Hira Eksi, S.Sos., bertindak selaku moderator menyimpulkan, “Bicara perpustakaan tidak hanya teknologi atau manusia, tetapi keduanya. Jadi kita perlu belajar lagi untuk keduanya,” pungkas Hira.(tok/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Sabtu, 25 Mei 2024
29o
Kurs