Senin, 29 April 2024

Pikiran Positif, Faktor Penting dalam Proses Penyembuhan Pasien Covid-19

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Dokter Reisa Broto Asmoro Juru Bicara Satgas Covid-19 memberikan keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (14/9/2020). Foto: Biro Pers Setpres

Para tenaga medis yang tengah berjuang memerangi pandemi Covid-19 menyampaikan pesan kepada para penderita Covid-19 untuk tetap semangat dan menanamkan pikiran positif selama menjalani perawatan.

Pesan itu disampaikan dalam perbincangan dua tenaga medis bersama Reisa Broto Asmoro Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Jumat (2/10/2020).

Dokter Debryna yang menjadi relawan Tim Dokter pertama di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran bercerita pengalamannya melihat langsung pasien dengan pikiran positif lebih cepat sembuh.

“Imunitas yang baik itu akan tercipta dari suasana hati. Baru kali ini benar-benar melihat, kalau pasien yang pikirannya bisa positif, pasien yang bisa enjoy, itu beneran cepat banget sembuhnya. Bahkan gejalanya saja bisa hilang dengan cepat,” ujarnya.

Debryna mengaku, sempat tidak mendapat restu orang tuanya untuk menjadi relawan penanganan wabah Covid-19. Tapi, dia terus memberikan pemahaman bahwa yang dilakukannya untuk kemanusiaan, demi menjaga keselamatan generasi penerus bangsa.

Bahkan, Debryna menyatakan tidak terlalu mengharapkan balasan, walau pun pemerintah memberikan insentif atau tunjangan untuk para relawan tenaga kesehatan.

“Basis kami kerelawanan, itu tujuan utama kami. Dengan adanya insentif dan lain-lain, itu plus dan terima kasih sekali,” katanya.

Lebih lanjut, Debryna mengaku merasa sedih kalau mendengar kabar ada teman dekatnya terinfeksi Covid-19, walau pun sudah menjaga pola hidup dan pola makan yang sehat.

“Namanya manusia, keluputan pasti ada, sehingga terinfeksi dan masuk ICU dan waktu itu keadaannya buruk,” ungkapnya.

Karena itu, dia berpesan pada masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam kehidupan sehari-hari.

“Pesan kami, pakai masker dan jaga jarak. Jadi, saya nggak peduli kalian sangat percaya atau sangat tidak percaya dengan wabah ini, intinya kalian lakukan dua hal itu saja,” pesannya.

Pengalaman hampir serupa disampaikan Rustina Susanti Kepala Perawat ICU RS Dokter Kanujoso Balikpapan.

Dia menceritakan, setiap tugas harus memakai alat pelindung diri (APD) selama 8 jam sehari di ruang ICU.

Kepada pasien, Suster Rustina mengingatkan pasiennya untuk berpikiran positif dan banyak tertawa supaya suasana hati menjadi bahagia.

Di sisi lain, dia harus memberikan pemahaman kepada anak-anaknya tentang tanggung jawab mulia yang diembannya.

“Mungkin ini imunisasi alami buat kita semua. Yang penting kita semua jaga diri, pakai masker, minum vitamin dan makan teratur, istirahat, semoga kita dijaga oleh Allah SWT,” tegasnya..

Sama dengan Debryna, Rustina juga menyatakan bekerja secara ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan. Namun, ia mengaku sudah mendapatkan insentif atau tunjangan dari pemerintah terhitung sejak Maret lalu.

“Alhamdulillah menjadi imun, dan penyemangat buat teman-teman,” katanya.

Perjuangan memerangi Covid-19 pun sempat membuatnya merasa sedih waktu teman sejawat sesama tenaga medis meninggal di ruang ICU tempatnya bertugas, karena terpapar Covid-19.

“Ini benar-benar seperti telibat drama, bikin lemas, di saat itu secara otomatis kami yang ada di ruang ICU lemas semuanya,” kenang Rustina.

Maka dari itu, Rustina juga berpesan agar masyarakat tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Terutama 3M, memakai masker, menjaga jarak fisik, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.

“Takut boleh, tapi waspada wajib. Kalau takutnya berlebihan, imun kita jadi turun, akhirnya kita menurunkan daya tahan tubuh. Satu pesan saya, kalau ada yang masih tidak percaya, saya antar kita tur ke ruangan saya, saya perlihatkan orang yang sedang berjuang antara hidup dan mati,” ucap Rustina.

Setelah mendengar pengalaman para tenaga medis itu, Dokter Reisa yang memandu perbincangan itu memberikan apresiasinya. Dia berharap suka duka pengalaman para tenaga medis yang bertugas di lapangan, masyarakat yang tidak percaya dengan Virus Corona akan sadar bahaya Covid-19.

“Kita harus menyadari garda terdepan untuk menghadapi Covid-19 adalah kita semua, masyarakat Indonesia yang benar-benar harus disiplin, melaksanakan 3M. Hanya dengan 3M kita mampu memutus mata rantai penyebaran,” kata. (rid/ang)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
32o
Kurs