Jumat, 29 Maret 2024

Kemendikbud Soroti Kesantunan Pelajar dan Mahasiswa dalam Memanfaatkan Media Digital

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi media sosial. Foto: Shutterstock

Totok Suprayitno Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk) mengatakan bahwa salah satu disrupsi digital yang kurang mendapat penanganan serius adalah kesantunan dan karakter.

“Isu kesantunan dan karakter ini saya kira juga bagian dari disrupsi digital, bahkan bisa menjadi sangat permanen dan fundamental sehingga sangat penting menjadi bagian dari program pendidikan kita,” ujar Totok di Jakarta, Sabtu (3/4/2021).

Totok mengatakan, elemen inti (the core of element) dari pendidikan adalah karakter. Lebih lanjut, ia merujuk pada kutipan yang mengatakan education without character is not education at all.

“Kemudian, kalau elemen inti dari pendidikan itu disruptif, kemudian kita menganggap bahwa seolah-olah itu tidak ada, itu saya kira sebuah kesalahan besar,” imbuhnya.

Perubahan sistem nilai dalam hal kesopanan, baik atau tidak baik, semestinya kata Totok, ada pijakan yang lebih jelas. Hal itu mengingat Indonesia sarat keragaman budaya.

“Boleh Anda mengglobal, bergaul dengan siapa pun, tetapi pijakan niai-nilai ke-Indonesiaan-nya jangan dilupakan, jangan terbawa arus apalagi yang negatif,” tutur Totok.

Sementara itu, Irsyad Zamjani Plt. Kepala Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbangbuk, Kemendikbud mengatakan bahwa hasil survei yang dilakukan oleh Microsoft di Asia Pasifik yang secara ringkas mengatakan bahwa tingkat kesantunan digital (digital civility) dari masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara.

“Hasil survei dari Microsoft salah satunya menunjukkan bahwa tingkat kesantunan kita dalam konteks digital itu kurang menggembirakan, tentu saja ini sangat debatable karena di media massa dan media sosial itu cukup mengundang pro dan kontra terhadap hasil dari survei Microsoft ini, tetapi kita dapat mengambil sebagai bahan masukan, terutama untuk memperkuat pendidikan karakter dalam konteks kebijakan di Kemendikbud,” ujarnya.

Irsyad menambahkan bahwa media sosial telah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari, terutama bagi pelajar dan mahasiswa. Untuk itu, kesantunan dalam memanfaatkan media digital, khususnya media sosial perlu ditekankan dalam pendidikan karakter, terutama di zaman digital saat ini.

Benny Kusuma Education Lead Microsoft Indonesia, mengatakan bahwa ada empat hal yang dianjurkan dalam pemanfaatan media digital. Hal inilah yang menjadi tantangan dari Microsoft dan ditanyakan kepada para responden survei Digital Civility Index Microsoft 2020. Di antaranya adalah penerapan aturan untuk saling menghargai dan menghormati orang lain sebelum merespons, menghormati adanya perbedaan, sebelum menjawab atau merespons, berhenti sejenak, di Indonesia populer dengan istilah tabayyun serta bagaimana kita membela diri kita sendiri dan orang lain saat kita melihat ada seorang atau pihak yang dilakukan secara tidak adil dan tidak benar.

Benny menambahkan bahwa survei tersebut dibagi menjadi dua kategori. Pertama, dewasa yang berumur 18—74 tahun. Kedua, remaja yang berumur 13—17 tahun. Selanjutnya, terdapat empat pertanyaan yang ditambahkan pada survei yang dilakukannya. Pertama, nilai secara keseluruhan dari kesantunan digital yang dialami oleh responden. Kedua, apakah ada perundungan, kata-kata kasar yang diterima secara daring, baik lingkup ruang kerja atau di luar lingkup ruang kerja dan anak-anak di lingkup sekolah dan luar sekolah.

Ketiga, organisasi mana yang menurut mereka memberikan kontribusi terhadap perbaikan tingkat kesantunan secara daring. Keempat dampak dari Covid-19 terhadap tingkat kesantunan tersebut.

Benny mengungkapkan hasil yang menggembirakan di mana remaja yang berusia 13—17 tahun memiliki tingkat kesantunan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan segmen usia lainnya. Para remaja dinilai berani menerapkan empat anjuran dalam pemanfaatan media sosial.

“Karena anak-anak itu lebih bisa menghargai privasi orang lain, membela diri ketika diserang secara daring, berhenti sebelum merespons untuk memikirkan benar tidaknya, dan menghargai perbedaan pendapat,” ungkap Benny.(faz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
30o
Kurs