Selasa, 7 Mei 2024

Hujan Buatan di Jatim Belum Bisa Dilakukan, Terkendala Minimnya Pertumbuhan Awan

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Kemarau. Foto: Pixabay

Kemarau panjang akibat fenomena El Nino di Jawa Timur mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Mulai dari kekeringan lahan pertanian, kekurangan air bersih, dan kebakaran hutan.

Untuk mengantisipasi dampak itu, pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk memicu terjadinya hujan. Namun, TMC tidak bisa diterapkan begitu saja.

Kata Teguh Tri Susanto Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, untuk memodifikasi cuaca dibutuhkan pertumbuhan awan kolombus.

“Di Jatim Hingga September ini belum ada TMC. Karena potensi pertumbuhan awan masih minim sekali. TMC ini harus ada awan meskipun sedikit,” kata Teguh kepada suarasurabaya.net, Selasa (22/8/2023).

Teguh menerangkan, mekanisme TMC ini adalah metode penaburan garam di atas awan. Tujuannya untuk membuat awan tersebut matang dan memicu terjadinya hutan.

Minimnya pertumbuhan awan di Jatim pada Bulan Agustus dan September mendatang ini juga dipengaruhi oleh musim kering berkepanjangan akibat Fenomena El Nino.

Meski begitu, pihak BMKG Kelas I Juanda telah melakukan peta analisis dan prakiraan cuaca di sejumlah kota/kabupaten di Jatim untuk diserahkan ke BPBD Jatim.

Peta analisis itu juga untuk mengantisipasi daerah rawan kekeringan. Karena dikaitkan dengan anomali cuaca dan puncak musim kering.

“Pemetaan wilayah yang berpotensi kekeringan itu diserahkan ke pemprov. Lalu Pemprov mengkoordinasikan ke bawah untuk melakukan antisipasi. Bisa berupa droping air bersih,” imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Privinsi (Pemprov) telah meminta BNPB dan BMKG untuk melakukan modifikasi cuaca di Jawa Timur.

Gatot Soebroto Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim mengatakan, permintaan tersebut bertujuan untuk mengatasi kekeringan akibat El Nino.

“Bu Gubernur Khofifah sudah bersurat kepada BNPB dan BMKG untuk dilakukan modifikasi cuaca. Responsnya baik,” kata Gatot ketika mengudara di Suara Surabaya pada Senin (14/8/2023) petang.

Selain modifikasi cuaca, BPBD Jatim juga melakukan dropping air ke sejumlah daerah yang dilanda kekeringan. Menurut Gatot, ada 16 daerah yang dinyatakan dalam status siaga darurat dan tanggap darurat.

Kata Gatot, daerah yang dinyatakan tanggap darurat di antaranya adalah Mojokerto, Pamekasan, Pasuruan, dan Situbondo.

Lalu daerah yang dinyatakan siaga darurat di antaranya Bojonegoro, Ngawi, Tulungagung, Bangkalan, Batu, Lamongan, Pamekasan, Bondowoso, Probolinggo, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Sumenep, dan Sampang.

“Ada potensi 27 titik yang perlu dilakukan dropping air. Namun untuk sementara ini baru 16 kota tadi,” terang Gatot.(wld/iss/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 7 Mei 2024
29o
Kurs