Selasa, 23 April 2024

Pelopor Ingatkan Ancaman AI Lebih Mendesak Dibanding Perubahan Iklim

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Artificial Intellligent (AI). Foto: Unsplash

Geoffrey Hinton yang dikenal sebagai bapak pelopor AI mengingatkan kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) bisa menimbulkan ancaman yang mungkin lebih mendesak untuk ditangani bagi umat manusia dibanding perubahan iklim.

“Saya tidak ingin meremehkan perubahan iklim. Saya tidak ingin mengatakan, Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan iklim. Itu (perubahan iklim) juga risiko yang sangat besar. Tapi, saya pikir kecerdasan buatan mungkin lebih mendesak,” ujarnya saat diwawancarai Reuters, Jumat (5/5/2023).

Melansir Antara, Hinton memandang ancaman perubahan iklim bisa diatasi selama manusia melakukan langkah-langkah pencegahan seperti pengurangan emisi karbon. Tapi, ancaman AI tidak jelas langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

OpenAI, yang didukung Microsoft, dengan Chatbot ChatGPT yang tersedia untuk umum menjadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah hanya dua bulan setelah diluncurkan.

Elon Musk CEO Twitter bersama sekelompok pakar kecerdasan buatan dan eksekutif industri pada April sepakat untuk memberi jeda selama enam bulan terkait pengembangan ChatGPT yang lebih kuat, menimbang risiko bagi masyarakat.

Hinton mengatakan tidak setuju kalau penelitian terhadap AI dihentikan, meski pun AI mungkin terbukti menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia.

“Ini sama sekali tidak realistis. Saya di kubu yang berpikir ini adalah risiko eksistensial, dan itu cukup dekat. Sehingga, kita harus bekerja sangat keras sekarang, dan mengerahkan banyak sumber daya untuk mencari tahu apa yang bisa kita lakukan,” kata Hinton.

Uni Eropa menyerukan agar Joe Biden Presiden Amerika Serikat mengadakan pertemuan global yang membahas arah masa depan teknologi.

Sementara, Biden telah bertemu dengan sejumlah pemimpin perusahaan AI pada Jumat (5/5/2023). Dia menjanjikan diskusi yang jujur ​​​​dan konstruktif tentang perlunya transparansi sistem yang dikembangkan perusahaan AI.

“Pemimpin teknologi paling memahaminya, dan politisi harus terlibat,” kata Hinton mengingatkan.

“Itu (kecerdasan buatan) mempengaruhi kita semua, jadi kita semua harus memikirkannya,” tambahnya.

Hinton belum lama ini mengumumkan keluar dari perusahaan induk Google Alphabet setelah bekerja selama satu dekade di perusahaan tersebut.

Dengan keluarnya dia dari Alphabet, bapak pelopor AI itu mengatakan ingin berbicara secara bebas mengenai risiko-risiko teknologi tanpa mempengaruhi perusahaan.

Karya Hinton dianggap penting terkait dengan pengembangan sistem AI kontemporer. Pada 1986, dia terlibat sebagai penulis makalah tentang pengembangan jaringan saraf yang didukung AI. Pada 2018, Hinton dianugerahi Turing Award sebagai bentuk pengakuan atas terobosan penelitiannya.(ant/ihz/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
30o
Kurs