Kamis, 16 Mei 2024

Prevalensi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Sidoarjo Turun, Kini di Bawah Nasional

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Muhadjir Effendy Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan saat melakukan kunjungan kerja di Kelurahan Sidoklumpuk, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (21/5/2023). Foto: Kominfo Sidoarjo

Muhadjir Effendy Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengapresiasi kinerja Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam menangani stunting dan kemiskinan ekstrem. Dia juga berharap Pemkab Sidoarjo bekerja lebih keras lagi menurunkan prevalensi stunting dan menghapuskan kemiskinan ekstrem.

“Kabupaten Sidoarjo ini alhamdulillah stunting-nya berada di posisi 16 persen, lebih sedikit (dari rata-rata nasional). Sedangkan kemiskinan ekstremnya 1,3 persen, sudah di bawah rata-rata nasional. Kami targetkan tahun depan kasus stunting di bawah 10 persen dan kemiskinan ekstremnya semakin mendekati nol,” ucapnya saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (21/5/2023).

Perlu diketahui, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen pada tahun 2022. Angka ini turun 2,8 poin atau sebesar 24,4 persen dari tahun 2021. Sementara angka nasional kemiskinan ekstrem pada Maret 2022 menurut BPS yaitu sebesar 2,04 persen atau 5,59 juta jiwa. Menurun dari data Maret 2021 yang sebesar 2,14 persen atau 5,8 juta jiwa.

Melihat capaian yang sudah ada dan upaya Pemkab, Muhadjir yakin Kabupaten Sidoarjo mampu memenuhi target. “Laporannya sangat bagus dan juga kami cek koordinasi di lapangan sudah bagus. Pengendalian stunting di seluruh Puskesmas di Sidoarjo sudah ada alat USG-nya dan saya sarankan juga pengadaan alat antropometri. Tidak menggunakan DAK tapi bisa langsung mengajukan ke Kemenkes,” ujarnya.

Selanjutnya, Muhadjir meminta seluruh pihak dilibatkan dalam penananganan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem. Permasalahan itu tidak hanya tuntas melalui DAK APBD Sidoarjo maupun alokasi pada Dana Desa saja. Namun juga keterlibatan pihak swasta sangat diperlukan.

“Sidoarjo ini daerah industri sehingga PAD nya cukup kuat digunakan untuk mengintervensi program penuntasan stunting dan kemiskinan ekstrem, termasuk perusahaan-perusahaan disini diajak terlibat melalui CSR nya untuk menangani stunting dan kemiskinan ekstrem,” ujarnya.

Sementara itu Andjar Surjadianto Pj. Sekda Sidoarjo mengatakan kemiskinan ekstrem di wilayahnya memang turun signifikan. Dari 2,36 persen di tahun 2021, menjadi 1,32 persen di tahun 2022.

“Jumlah penduduk miskin ekstrem di desil 1 sebesar 34.728 jiwa sesuai data Kemenko PMK, dan sesudah dipadu padankan dengan data terpadu kesejahteraan sosial menjadi sebesar 15.986 individu yang tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo,” ucapnya.

Andjar mengungkapkan Pemkab Sidoarjo berkomitmen kuat menuntaskan kemiskinan ekstrem. Berbagai program dan bantuan disampaikan kepada masyarakat. Mulai dari bantuan siswa kepada keluarga miskin, rehab rumah maupun bantuan makanan gratis bagi Lansia dan penyandang disabilitas berat.

“Ada juga bantuan pangan non tunai dan pelatihan dan pemberdayaan bagi perempuan miskin, bantuan warung rakyat dan lain sebagainya,” ujarnya.(iss/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 16 Mei 2024
25o
Kurs