Selasa, 30 April 2024

Cegah Kekerasan, Pemkot Surabaya Bentuk Kelurahan Ramah Perempuan dan Anak serta RW Responsif Gender

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Rapat Forum PUSPA membahas rencana kegiatan kelurahan ramah perempuan dan anak serta RW responsif gender di Surabaya, Selasa (20/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net Rapat Forum PUSPA membahas rencana kegiatan kelurahan ramah perempuan dan anak serta RW responsif gender di Surabaya, Selasa (20/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan membentuk kelurahan ramah perempuan dan anak serta RW responsif gender untuk mencegah kekerasan.

Relita Wulandari Kepala Bilang Pengarusutamaan Gender dan Hak Anak (PUG PHA) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya menyebut, dua kegiatan itu bagian dari forum gabungan lintas sektor yang digandeng pemkot, bernama Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA).

“PUSPA adalah wadah atau tempat sarana bersinergi bagi pentahelix, media, pengusaha, pemerintah, akademisi, ormas. Kita bersama-sama memikirkan, mewujudkan gerakan-gerakan apa, supaya Surabaya ramah perempuan dan peduli anak,” beber Relita ditemui suarasurabaya.net usai rapat koordinasi Forum PUSPA di Kantor DP3APPKB Surabaya, Selasa (20/2/2024).

Sebagai pemantik, Forum PUSPA akan turun ke seribu lebih RW untuk sosialisasi soal pencegahan kekerasan termasuk kesetaraan gender.

“Selama 10 bulan kami akan turun, karena kami sifatnya preventif, pencegahan, kita akan turun ke 1.360 RW. Siapa audience, RT dan RW, nanti bertemu 10 bulan dengan 12 ribu orang yang kita beri tahu masalah tentang bagaimana perempuan bisa berdaya, tidak menjadi korban kekerasan, tidak terjadi perkawinan anak. Kemudian bagaimana perempuan mau mengambil peran atau pemimpin di lingkungannya, gak hanya bagian konsumsi,” bebernya lagi.

Setelah iu, setiap RW juga RT diminta bisa mengambil sikap untuk memberdayakan perempuan di sekitarnya.

“Perlindungan anak. Pemberdayaan perempuan seperti apa, ya supaya perempuan berdaya, paling tidak punya keterampilan, keahlian, sehingga bisa mandiri secara finansial,” katanya.

Selain itu, tidak ada lagi warga dalam satu RT acuh terhadap kekerasan yang terjadi di sekitarnya termasuk dalam keluarga.

“Kita berusaha, kalau Pak RT tahu, disosialisasikan ke warga dan segera lapor dan kita menangani. Yang penting cepat diketahui dan ditangani,” terangnya.

Meski selama ini, lanjutnya, keberadaan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di setiap RW sudah bekerja maksimal, tapi tetap perlu kegiatan lain untuk memperkuat pencegahan kekerasan di Surabaya.

“Kalau ada satu, dua, (kekerasan) ya penduduknya berapa juta, mangkanya kita diharapkan dengan turun, warga tahu ada korban kekerasan bisa melaporkan. Ya itu ada UPTD dan nomor yang kita share, jadi tahu harus ke mana,” tandasnya. (lta/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
31o
Kurs