Minggu, 28 April 2024

Kepala BKKBN Minta Hidupkan Data Percepat Penurunan Stunting

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Hasto Wardoyo Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Foto: Humas BKKBN Hasto Wardoyo Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Foto: Humas BKKBN

Hasto Wardoyo Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta seluruh pemangku kepentingan saling berkolaborasi dalam menghidupkan data guna mempercepat penurunan stunting.

“Data yang akurat dan terkini menjadi kunci dalam merancang strategi, mengidentifikasi tantangan, dan mengukur dampak dari setiap intervensi yang dilakukan. Dengan menghidupkan data, langkah-langkah yang diambil dapat lebih tepat sasaran,” kata Hasto dilansir Antara, Senin (11/3/2024).

Ia menyebutkan, pemanfaatan data yang tepat akan memberikan manfaat maksimal serta berkontribusi dalam pembuatan kebijakan dengan standar yang mengakomodasi semua (one fits for all), utamanya dalam penurunan angka stunting di Indonesia.

Hasto menyampaikan, BKKBN memiliki sumber data utama yaitu New Siga (Sistem informasi keluarga), sebuah sistem informasi yang lebih kekinian dan akuntabel, yang menjadi data operasional bagi petugas keluarga berencana (KB) dan pihak terkait dalam melakukan intervensi terhadap program Pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana), khususnya dalam rangka percepatan penurunan stunting.

Menurutnya, data kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi atau unmet need juga menjadi perhatian, termasuk alasan kesehatan yang diidentifikasi sebagai sumber utama dari putus KB dengan persentase 55,97 persen, dan pada kelompok umur 30-34 tahun mencapai 13,3 persen.

Unmet need secara erat terkait dengan masalah stunting, karena dengan ber-KB, kelahiran bayi- bayi stunting baru dapat dicegah,” katanya.

Selain itu, tambah Hasto, perlu ada penyelidikan dan upaya pencegahan stunting dengan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan unmet need. Seperti keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, kurangnya edukasi gizi, serta masih minimnya layanan kesehatan yang berkualitas.

Stunting sebagai dampak dari kekurangan gizi kronis pada anak-anak, mencerminkan ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang esensial pada tahap-tahap penting perkembangan manusia,” tutur Hasto. (ant/sya/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
28o
Kurs