Sabtu, 27 April 2024

Pakar Nilai Pembahasan Isu Kesehatan dari Ketiga Capres Belum Konkret

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Kiri ke kanan: Anies Baswedan calon presiden (Capres) nomor urut 01, Prabowo Subianto Capres nomor urut 02, dan Ganjar Pranowo Capres nomor urut 03 dalam Debat Pilpres kelima, Minggu (4/2/2024) malam. Foto: Grafis suarasurabaya.net / tangkapan layar

Idham Choliq Dosen Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menilai, pembahasan isu kesehatan dari ketiga capres dalam debat terakhir sebelum pencoblosan, belum Konkret.

Idham menyebut, isu kesehatan yang digagas oleh Anies Baswedan capres nomor urut 01 dan Ganjar Pranowo capres nomor urut 03 dalam debat Minggu (4/2/2024) kemarin, terdapat kesamaan soal prioritas program yang berorientasi pada promotif dan preventif.

Tetapi menurutnya, isu tersebut tidak sepenuhnya dibahas oleh kedua paslon. Yakni, seperti bagaimana program nanti dapat berjalan maksimal dengan anggaran mandatory spending dihapus di UU Omnibus law kesehatan 2023.

“Apakah ke depannya anggaran kesehatan akan diprioritaskan kepada pelayanan publik ? Dan berapa besarannya ? Hal ini masih belum dibahas secara konkrit oleh para capres,” katanya, Senin (5/2/2024).

Hal itu, lanjut dia, belum lagi dalam upaya mengatasi ketimpangan fasilitas kesehatan dan tenaga kerja, khususnya di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T).

“Apakah para capres yang terpilih memiliki komitmen untuk melakukan pemerataan secara menyeluruh? Saya masih meragukan itu,” ucapnya.

Sementara terkait isu stunting, Idham melihat adanya perbedaan strategi pencegahan antara Prabowo Subianto capres 02 dengan Ganjar Pranowo capres 03. Menurutnya, pencegahan stunting sebaiknya memang dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan. Atau mulai dari saat ibu hamil hingga anak usia 2 tahun.

“Lebih jauh lagi, pencegahan stunting dimulai saat remaja. Bagaimana para remaja diberikan edukasi tentang stunting, dan cara pemenuhan gizi,” jelasnya.

Selain itu, ia kurang melihat pendekatan sosio-kultural, padahal perlu dilakukan. Karena, seringkali ada pengaruh budaya dalam cara merawat anak. Oleh karena itu, menurutnya acara-acara seperti itu diperlukan adanya untuk menghambat dalam pencegahan stunting.

“Intinya, penanganan stunting memerlukan pendekatan holistik,” tutupsnya.(ris/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
32o
Kurs