Sabtu, 4 Mei 2024

Kurangnya Stimulasi Jadi Faktor Terbesar Anak Terlambat Bicara

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi seorang anak sedang berbisik ke anak lain. Foto: Freepik

Dokter Ahmad Suryawan Ketua UKK tumbuh kembang pediatri sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut faktor terbesar anak yang terlambat bicara dipengaruhi dari stimulasi yang kurang dari pola pengasuhan.

“Kalau kita persentasekan 95 persen lebih karena gangguan input stimulasi sehari-hari untuk anak yang terlambat bicara, sisanya lima persen antara gangguan pendengarannya dan gangguan daripada di otaknya,” ucap dokter yang kerap disapa Wawan itu dilansir Antara, Rabu (30/8/2023).

Wawan mengungkapkan berdasarkan pengalamannya, secara umum ada tiga poin yang memengaruhi anak terlambat bicara, pertama ada kerusakan otak yang berhubungan dengan aktivitas bicara otak anak, kedua gangguan pendengaran, ketiga kurang input stimulasi sehari-hari.

Namun gangguan pendengaran dan gangguan otak hanya mencakup peranan yang kecil sebesar lima persen. Wawan berpendapat, orang tua yang mengeluhkan keterbatasan kemampuan bicara anak pada usia dua tahun menandakan ada faktor stimulasi yang kurang selama lebih dari satu tahun ke belakang.

Wawan mengatakan kecanduan gawai bisa menjadi akibat kurangnya stimulasi. Sebaiknya orang tua menerapkan metode time out untuk mengurangi penggunaan gawai pada anak dan meningkatkan interaksi dengan aktivitas di rumah.

“Imbangi kegiatan di rumah, itu sangat harus responsif, ajak interaktif dengan ada permainan fisik seperti berlari, melompat, atau non fisik seperti menggunting, menempel atau bermain air,” bebernya.

Selain itu, ia menambahkan keterbatasan kemampuan bicara anak juga bisa diakibatkan oleh banyaknya penggunaan bahasa asing selain bahasa baku yang biasanya digunakan sehari-hari.

Menurutnya, jika anak belum fasih berbicara bahasa baku yang dipakai sehari-hari, sebaiknya jangan dulu dikenalkan bahasa kedua yang jarang diucapkan agar tidak kesulitan menyerap bahasa.

“Sebaliknya, kalau di rumah itu bahasa keduanya dimasukkan setelah bahasa baku dimengerti, anak itu akan kaya Bahasa,” tandas Wawan.

Ia menyarankan untuk para orang tua jangan menggunakan dua bahasa atau bilingual pada anak yang terindikasi terlambat bicara. Tetap gunakan bahasa baku terlebih dahulu untuk memperkaya kosakata anak. Jika sudah fasih, bahasa kedua bisa mulai diajarkan secara perlahan agar anak tidak terbebani dengan banyak bahasa. (ant/bnt/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Sabtu, 4 Mei 2024
32o
Kurs