Senin, 29 April 2024

Ahli UGM Ingatkan Masyarakat Tidak Sembelih Ternak Mati Cegah Antraks

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Sapi Sejumlah sapi yang dijual di Pasar Hewan Singosari, Malang, Jawa Timur, Senin (8/1/2024). Foto: Antara

Nanung Danar Dono Dosen Peternakan dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengingatkan masyarakat agar tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan ternak, baik sapi maupun kambing yang mati karena sakit untuk mencegah penyebaran antraks.

“Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia,” kata Nanung, dilansir Antara, Selasa (12/3/2024).

Menurutnya, untuk hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan sehat.

Namun, jika ditemukan ternak hewan yang sudah mati yang ditengarai terkena antraks sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.

“Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen, tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet, antidesinfektan sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali,” katanya.

Nanung menyarankan agar hewan yang mati karena sakit tidak dipindah ke tempat lain, sebab jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan.

“Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercecer ke mana-mana,” kata Nanung.

Sementara itu, Prof Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, menilai munculnya kembali kasus antraks di Kecamatan Gedamgsari, Gunungkidul disebabkan oleh spora dari bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak.

Meski demikian, penyakit antraks ini menurut dia, tidak hanya menjangkiti hewan ternak lainnya namun juga menular ke manusia.

Tidak hanya itu, ia juga menyarankan hewan yang terserang antraks maupun lokasi yang menjadi sumber anthrax harus diisolasi dengan tidak boleh ada satu pun lalu lintas ternak yang keluar masuk lokasi.

“Tidak boleh sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut dan hanya petugas yang sudah ditetapkan,” kata Agnesia.

Selain melakukan isolasi, para peternak juga perlu meningkatkan biosekuriti serta melakukan pengobatan pada hewan yang sakit serta memberi tambahan suplemen.

Menurutnya, hewan yang terjangkit bakteri antraks bisa diobati karena bakteri ini mudah mati jika diberi antibiotik, antiseptik, desinfektan dan pada suhu di atas 54 derajat Celcius selama 30 menit.

Sementara untuk hewan yang sehat, kata Agnesia Endang, diharuskan diberi vaksinasi selama dua kali selama setahun. (ant/sya/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
27o
Kurs