Selasa, 30 April 2024

Indonesia dan Tiongkok Sepakat Tertibkan Pelaku Industri Pariwisata

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Ilustrasi. Wisata Raja Ampat di Papua.

Kementerian Pariwisata RI dan Administrasi Nasional Pariwisata Tiongkok (CNTA) sepakat untuk menertibkan pelaku industri pariwisata yang tidak profesional dan terbukti merugikan wisatawan.

“Kami setuju untuk diblack list, karena pariwisata adalah bisnis yang berbasis pada layanan, sehingga komitmen dan profesionalitas ekosistem ini menjadi taruhan utama agar bisa berkelanjutan,” kata Arief Yahya Menteri Pariwisata dalam pertemuan dengan Ketua CNTA Lin Jinzao di China International Travel Market (CITM) yang berlangsung 11-13 November di Shanghai.

Ia mengatakan operator perjalanan dan agen perjalanan wisata yang melanggar komitmen dengan pelanggan harus ditindak tegas karena akan mengganggu dan merusak masa depan bisnis pariwisata.

CTNA telah menerapkan beberapa ketentuan untuk menertibkan pelaku industri pariwisata, seperti biro perjalanan wisata, yang tidak profesional dalam memberikan pelayanan kepada turis yang berwisata di Tiongkok.

Mengenai CITM, tempat Indonesia mempromosikan sepuluh destinasi unggulan termasuk Jogyakarta, Solo, Semarang (Joglosemar) dan Raja Ampat, Arief mengatakan bahwa ajang itu membantu promosi wisata Indonesia dan menarik lebih banyak turis ke Indonesia.

“Saat ini posisinya sudah nomor satu ke Indonesia, menggeser Singapura, Malaysia, Australia, Jepang dan Korea,” katanya seperti dilansir Antara.

“Tahun 2019, proyeksi kami adalah 20 juta wisman masuk ke Indonesia, dan sekitar 50 persennya atau 10 juta diantaranya berasal dari Tiongkok.”

Ia menjelaskan pula bahwa kerja sama pariwisata dengan Tiongkok menjadi sangat penting dan Kementerian Pariwisata akan fokus ke promosi wisata ke Great China yang meliputi wilayah Tiongkok, Hong Kong dan Taiwan.

Menteri Pariwisata menekankan pentingnya penerbangan langsung dalam mendukung industri wisata.

Penerbangan langsung dari Tiongkok ke Indonesia saat ini baru 37 persen, jauh dibandingkan dari Singapura, Malaysia dan Thailand yang sudah berada di atas 80 persen.

Arief kembali mengundang investor Tiongkok untuk menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya di sektor pariwisata.

“Kami undang investor Tiongkok yang bergerak di sektor pariwisata untuk menanamkan modal ke Indonesia, yang punya atraksi berbasis alam, budaya dan buatan yang sedang berkembang. Saatnya kini untuk investasi jangka panjang di bidang pariwisata,” katanya. (ant/bid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
28o
Kurs