Kamis, 25 April 2024

Luhut Sebut Blended Finance Bisa Mengatasi Kesenjangan Pembiayaan Perubahan Iklim

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Luhut Binsar Pandjaitan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) dalam Tri Hita Karana (THK) Blended Finance Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022). Foto: Antara

Luhut Binsar Pandjaitan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) menyatakan skema blended finance bisa mengatasi kesenjangan finansial yang dibutuhkan untuk pembiayaan climate change atau perubahan iklim.

“Kita membutuhkan blended finance global yaitu pembiayaan yang tidak hanya dari pemerintah tetapi juga semua sektor swasta harus menjadi bagian dari masalah ini,” katanya dalam Tri Hita Karana (THK) Blended Finance Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022).

Blended finance merupakan strategi pembiayaan optimal yang menggabungkan beberapa sumber pendanaan dalam satu proyek, seperti anggaran dari pemerintah, pihak swasta, dan donor.

Luhut menegaskan, negara-negara di dunia termasuk Indonesia dalam tahap menghadapi kesenjangan finansial yang besar, terutama pembiayaan iklim, walau pun negara-negara maju berkomitmen mengerahkan 100 miliar Dollar AS per tahun pada 2020.

Mengutip Antara, negara maju berkontribusi terhadap krisis climate change dengan berkomitmen mendanai 100 miliar Dollar AS per tahun.

Penyumbang emisi karbon terbesar, lanjut Luhut, berasal dari negara maju sebanyak 14,7 ton per kapita. Penyumbang emisi karbon tersebut melebihi ambang batas 4,5 ton per kapita.

Oleh karena itu, anggota G20 yang merupakan negara-negara penguasa 85 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia ternyata menyumbang hingga 80 persen emisi karbon global.

“Indonesia hanya menyumbang 2,3 ton per kapita,” tegasnya.

Indonesia, sambung Luhut, berkomitmen terhadap penanganan perubahan iklim sebagai tanggung jawab untuk menyediakan masa depan yang lebih baik kepada generasi penerus bangsa.

Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia adalah dengan menyetop operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, lalu bertransisi ke energi terbarukan (EBT).

Upaya tersebut menjadi agenda prioritas nasional dan akan diwujudkan lewat mekanisme pembiayaan berkelanjutan.

“Indonesia saat ini sedang menyelesaikan negosiasi kerja sama dengan kelompok mitra internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang untuk program kemitraan transisi energi,” pungkasnya.(ant/tik/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs