Minggu, 28 April 2024

Pengamat INDEF: Tingkat Literasi Keuangan Berbanding Lurus dengan Tingkat Pendidikan

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Nailul Huda Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) (kiri) bersama Dessy Masri Head of Products and Solutions Visa (tengah) dalam gelar wicara Visa “Memasuki Era Virtual Banking di Indonesia” yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin (19/6/2023). Foto: Antara

Nailul Huda, pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) beropini upaya peningkatan literasi keuangan juga perlu ditingkatkan dari sisi pendidikan.

Dia mengamati tingkat literasi keuangan masyarakat yang masih belum memadai juga disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah.

“Kalau kita lihat dari survei OJK (Otoritas Jasa Keuangan), tingkat pendidikan rendah sejalan dengan tingkat literasi keuangan yang rendah. Jadi, tingkat pendidikan masyarakat kita juga berpengaruh pada tingkat literasi,” ujar Huda sesuai dikutip dari Antara, Senin (19/6/2023).

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 oleh OJK, tingkat literasi keuangan pada kelompok masyarakat yang tidak bersekolah atau tidak lulus SD berada pada tingkat 37,69 persen. Untuk kelompok lulus SD mencapai 39,78 persen, dan lulus SMP 46,61 persen.

Sementara itu, untuk lulusan SMA dan perguruan tinggi mencatatkan tingkat literasi keuangan yang melebihi 50 persen, yakni masing-masing 52,88 persen dan 62,42 persen.

“Untuk meningkatkan tingkat literasi, harus dimulai dari pendidikan. Kalau anak SD umumnya cuma mengenal uang dan menabung, tapi harus masuk juga terkait manfaat layanan perbankan, pembayaran menggunakan kartu maupun handphone, dan sebagainya. Literasi ini yang harus kita dorong,” beber Huda.

Di sisi lain, secara menyeluruh OJK mencatat indeks literasi keuangan masyarakat berada di tingkat 49,68 persen dan indeks inklusi keuangan mencapai 85,10 persen.

Huda menuturkan selisih tersebut menunjukkan jumlah masyarakat yang menggunakan layanan keuangan banyak namun belum sepenuhnya memahami fungsi layanan yang bisa mereka manfaatkan.

“Itu cukup berbahaya. Harus diingatkan agar masyarakat tidak terjebak,” sambung Huda.

Upaya lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat adalah kolaborasi dari berbagai pihak, seperti dari sisi pemerintah maupun swasta, untuk terus memberikan penjelasan terkait layanan perbankan.

Tak hanya dari sisi nasabah, peningkatan literasi keuangan juga perlu ditingkatkan dari kalangan pelaku usaha. Oleh karena itu, Huda menyatakan aspek sumber daya manusia (SDM) juga perlu menjadi salah satu fokus perhatian dalam upaya mendorong penerapan layanan perbankan digital di Indonesia. (ant/bnt/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
26o
Kurs