Senin, 29 April 2024

Pengamat Sebut Konsistensi Sosialisasi Kunci Masyarakat Semakin Patuh 3M

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi. Aktivis Communication Photography Club (Ciphoc) sebagai satu diantara unit kegiatan mahasiswa (UKM) Universitas dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, Rabu (4/11/2020) unjuk karya di pasar Genteng, Surabaya. Aksi unjuk karya ini tak ubahnya sosialisasi 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Di masa pandemi aksi seperti ini sungguh menarik. Foto: totok suarasurabaya.net

Devie Rahmawati Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI) mengatakan, bahwa semua pihak harus konsisten terus melakukan sosialisasi protokol kesehatan agar masyarakat semakin ketat melakukan menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker (3M).

“Bicara soal sosialisasi kita tidak boleh berhenti begitu saja apapun yang terjadi,” kata Devie, dilansir Antara, Sabtu (21/11/2020).

Hal itu penting dilakukan untuk memberikan pengertian bahwa pandemi Covid-19 masih berlangsung sampai sekarang, dan sejauh ini satu-satunya cara untuk mencegah penularannya adalah dengan melakukan 3M secara ketat.

Menurut akademisi di Program Vokasi UI itu, dalam studi dilakukan timnya di awal pandemi terjadi di Indonesia pada Maret 2020 terjadi kecenderungan masyarakat menghindari informasi Covid-19 karena rasa takut akan penyakit yang menyerang pernapasan itu.

Tapi, menurut studi yang belum dipublikasi itu memasuki tujuh bulan masa pandemi dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah, kegigihan pemerintah dibantu berbagai pihak seperti media dan gerakan sipil membuat masyarakat akhirnya mulai sadar akan keberadaan Covid-19 di tengah gempuran hoaks soal penyakit itu.

“Memang diperlukan konsistensi, tidak peduli apapun yang terjadi dan isu-isu besar apapun,” kata Direktur Kemahasiswaan UI itu.

Menanggapi masih ada segmen masyarakat yang percaya tidak mungkin tidak tertular Covid-19, Devie mengatakan dalam berbagai perubahan sosial memang terkadang ada beberapa persen segmen masyarakat yang tidak mengikuti perubahan yang ada.

Namun, lebih banyak masyarakat yang mengikuti ketentuan seperti yang dilakukan sebagian besar masyarakat dengan adaptasi kebiasaan baru menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

“Terlepas dari kondisi apapun, gempuran berita hoaks yang luar biasa, upaya untuk terus menyosialisasikan (protokol kesehatan) tetap menjadi sesuatu yang tidak boleh kita kendurkan semangatnya,” tegas Devie.

Sebelumnya, dalam survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 90.967 orang pada 7-14 September 2020 menemukan bahwa terdapat 17 persen responden yang yakin tidak mungkin atau sangat tidak mungkin tertular Covid-19. (ant/ang)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
31o
Kurs