Selasa, 23 April 2024

Waspadai Gejala Lanjutan Covid-19 Usai Masa Isolasi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan

Pasien Covid-19 bisa dinyatakan sembuh jika selama 14 hari tidak memiliki gejala, namun yang penting diperhatikan adalah gejala lanjutan yang timbul di kemudian hari.

dr. Muhamad Fajri Adda’i, praktisi klinik, edukator pengamat kesehatan dan relawan Covid-19 mengatakan pada beberapa kejadian terdapat gejala tambahan usai pasien menjalani karantina 14 hari. Gejala seperti ini harus benar-benar diperhatikan untuk penanganan lebih lanjut.

“Kejadian seperti ada banyak faktor, apa dia stres atau punya penyakit bawaan yang memperburuk keadaan,” ujar dr. Fajri seperti dilaporkan Antara, Sabtu (10/7/2021).

Kasus yang terjadi pada Raditya Oloan yang merupakan suami Joanna Alexandra merupakan salah satu contohnya. Melalui tes usap, Raditya dinyatakan sudah negatif virus corona namun ada gejala perburukan pasca isolasi.

Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang paling berpengaruh adalah penyakit bawaan. Penting untuk menyadari gejala-gejala yang dialami oleh pasien.

“Di minggu kedua yang takutin adalah badai sitokinnya, bisa jadi virusnya emang udah berkurang tapi ada peradangan di sistem imun itu yang bikin perburukan, yang bikin meninggal,” kata dr. Fajri.

“Imun sistem mungkin bisa membersihkan virus di tubuh Anda, tapi organ Anda ikut rusak,” imbuhnya.

Akan tetapi, ada juga kasus pasien Covid-19 yang hasil tes usapnya tetap positif meski sudah 30 hari tanpa gejala. Menurut dr. Fajri, hal tersebut kemungkinan adalah sisa-sisa dari bangke virus.

“Harus dicek dulu nih, ada gejala enggak, kalah ada gejala bisa-bisa itu kasus tambahan. Dalam kejadian kayak gitu harus ditelusuri dulu, kalau hanya sisa-sisa bangke virus enggak jadi masalah tapi harus betul-betul clear karena dapat menimbulkan kesalahpahaman,” kata dr. Fajri.

Sementara itu, dr. Fajri mengatakan 90 persen pasien Covid-19 bisa sembuh sendiri oleh sistem imun. Obat-obatan yang diberikan oleh dokter bukanlah sebagai penguat imun namun untuk mengatasi peradangan yang ditimbulkan oleh virus corona.

“Steroid sama Tocilizumab itu kan emang antiperadangan bukan mengusir virus. Ketika peradangan meningkat, dikasih obat antiperadangan yang mana terbukti untuk menurunkan angka kematian pada orang yang sakit berat atau kritis. Itu terbukti,” ujar dr. Fajri.(ant/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
32o
Kurs