Kamis, 2 Mei 2024

Kemenag Gandeng Profesor Matematika dan Fisika Terapkan Metode Gasing di Madrasah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Profesor Yohanes Surya (kiri) bersama Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama (kanan) saat bertemu di Kantor Kementerian Agama. Foto: Antara/ Kemenag

Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng Yohanes Surya Profesor Bidang Matematika dan Fisika untuk menerapkan model belajar berhitung dengan metode Gasing (gampang, asik, dan menyenangkan) bagi siswa di madrasah.

“Saya rasa ini sangat bagus sekali untuk diterapkan di madrasah. Saya kira perlu segera diterapkan dan tak perlu menunggu lama lagi,” ujar Yaqut Cholil Qoumas Menag dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (21/9/2023).

Melansir Antara, metode Gasing merupakan pembelajaran matematika yang digagas oleh Prof Yohanes dengan langkah-langkah dan metode yang gampang, asyik, dan menyenangkan.

Menag menilai metode tersebut bisa menjadi solusi bagi Kemenag dalam penerapan pendidikan matematika di madrasah yang lebih merata dan, mengedepankan logika berpikir dibanding hafalan.

“Kita mulai penerapannya di madrasah terlebih dahulu. Secara perlahan kita kembangkan pengajaran metode ini wilayah pondok pesantren,” katanya.

Saat ini, kata Yaqut, ada sekitar tiga juta anak madrasah yang sedang belajar di kelas 1-6 sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Dengan banyaknya jumlah tersebut, dia berharap bisa menerapkan metode Gasing selama rentang satu tahun ke depan.

Sementara Prof. Yohanes Surya menjelaskan penerapan metode Gasing ini tidak hanya dimaksudkan untuk membuat anak pintar berhitung, namun mengembangkan cara berpikir yang lebih mengedepankan logika. Juga, meningkatkan kecerdasan visual, serta mengubah karakternya.

“Biasanya siswa yang sudah mempelajari matematika dengan Metode Gasing, kepercayaan dirinya meningkat. Jadi tidak ragu lagi dalam memecahkan masalah, terutama dalam berhitung,” kata dia.

Menurutnya, Menag bisa memantau langsung perkembangan siswa. Di sisi lain penerapan Metode Gasing ini dilakukan dengan metode bermain, maka diharapkan banyak siswa betah seharian.

“Bahkan tak sedikit siswa yang menangis saat masa pelatihan berakhir, itu saking membekasnya metode ini bagi mereka,” katanya.

Pelatihan metode ini, kata dia, dinilai sangat efektif dan efisien, karena hanya memakan dua minggu untuk mengajarkan matematika kepada anak yang sama sekali tidak bisa matematika hingga jago matematika.

“Karena bagi saya tidak ada anak yang bodoh, Pak. Yang ada hanya anak yang belum berkesempatan mendapatkan pelatihan dengan metode yang baik,” kata Prof. Yohanes. (ant/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
26o
Kurs