Kamis, 2 Mei 2024

Pakar Transportasi ITS Minta Sistem Contraflow di Tol Dikaji Ulang Usai Terjadi Kecelakaan

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Situasi Tol Cikampek Utama I pada Minggu (7/4/2024) pagi, satu hari sebelum kecelakaan maut di KM 58 yang menewaskan 12 orang. Foto: Instagram @budikaryas-@kemenhub151

Machsus Pakar Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyatakan, sistem contraflow merupakan salah satu opsi untuk mengurai kemecatan di jalan.

Sistem itu, kata dia, sudah diterapkan di Amerika sejak 1950-an. Tetapi, diperuntukkan di dalam kota atau untuk jalan jarak pendek, bukan di jalan tol dengan kecepatan tinggi.

“Karena memang contraflow itu risiko kecelakaannya lebih tinggi. Kalau sebagai sistem bagian dari transportasi itu tidak masalah, tetapi ketika itu diterapkan di jalan tol, pada jarak yang panjang dan pada lalu lintas kecepatan tinggi, itu sangat rentan,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net pada Kamis (11/4/2024).

Dengan kecelakaan yang baru saja terjadi di Tol Cikampek KM 58, ia menekankan agar kejadian tersebut dijadikan sebagai pelajaran dan bahan evaluasi bersama, terutama pemerintah, dinas perhubungan dan korlantas.

“Secara akademis, keselamatan transportasi itu prioritas utama. Sejatinya saya kurang setuju kalau contraflow itu diterapkan di jalan tol, meskipun efek kelancarannya lebih bagus, tetapi tingkat kecelakaannya sangat tinggi,” katanya.

Jika tetap harus menggunakan sistem contraflow, ia mengatakan bahwa perlu Standar Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sangat ketat.

“Misalnya, setiap sekian ratus meter harus ada petugas dan lain sebagainya. Sehingga potensi-potensi penyimpangan, sebagaimana mobil yang keluar dari lajur contraflow itu terhindarkan, karena ada pengawalan ketat dari petugas di lapangan,” ucapnya.

Ketika mitigasi semacam itu tidak bisa dilakukan, menurutnya, perlu ditinjau ulang penerapan contraflow di jalan tol tersebut.

“Sesungguhnya, mending mengubah jalan tol yang diproyeksikan dua arah itu, untuk sementara waktu, pada arus balik atau arus mudik diterapkan one way, sebagai jalan satu arah,” katanya.

“Lalu, arah yang berlawanan lewat mana? Nah, arah yang berlawanan itu disiapkan kanalisasi lewat jalan arteri, atau jalan nasional yang non tol. Saya kira itu jauh lebih aman,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengimbau kepada masyarakat agar ekstra hati-hati ketika melewati jalan tol yang diperuntukkan dengan sistem contraflow, jika akan tetap diterapkan oleh pemerintah.

Karena, memiliki risiko kecelakaan yang tinggi. Sedangkan, kecelakaan di jalan tol atau di jalan dengan kecepatan tinggi, menurutnya, seringkali memiliki fatalitas yang tinggi, atau kerap luka berat hingga meninggal dunia daripada luka ringan.

“Karena itu, harapan kami masyarakat betul-betul ekstra hati-hati ketika sedang melintas di lajur yang diperuntukkan dengan sistem contraflow jika masih diterapkan,” pungkas Dosen Transportasi S2 Terapan, Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi ITS tersebut. (ris/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
26o
Kurs