Kamis, 2 Mei 2024

Indostrategic: Gibran Harusnya Hindari Gimmick yang Tak Perlu

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ahmad Khoirul Umam Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC). Foto : istimewa

Ahmad Khoirul Umam Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) menjelaskan fase awal debat keempat Pilpres 2024 langsung menghangat ketika Mahfud MD calon wakil presiden nomor urut 3 tampil langsung menyerang.

Menurut Umam, selaku Menko Polhukam yang merupakan bagian dari pemerintahan Jokowi, Mahfud MD justru secara vulgar memainkan sikap dan narasi oposisi dengan mengkritik keras sejumlah kebijakan dan pendekatan pemerintahan Jokowi.

“Kritik Mahfud MD itu dengan menyatakan petani tidak berdaulat, subsidi pupuk menguap, food estate gagal, impor pangan membuat petani dan peternak tidak berdaulat dan lainnya,” ujar Umam dalam keterangannya kepada suarasurabaya.net, Senin (22/1/2024).

Kata dia, Mahfud tampil dengan bekal pengalaman riil dan tidak mau terjebak dengan jawaban-jawaban prosedural-normatif, khususnya terkait isu penegakan hukum dan aturan.

“Sikap kritis Mahfud ini tampaknya menjadi cermin dari kian mengerasnya sikap politik PDIP kepada pemerintahan Jokowi saat ini,” jelasnya.

Sementara itu, Muhaimin kali ini tampil lebih santai, lebih berani dan lebih agresif.

“Muhaimin tidak “tedeng aling-aling” untuk menunjukkan sisi beda dirinya dengan kekuatan pemerintah, yang menjadi ciri khas kubu pro-perubahan,” kata Umam.

Kata Umam, sejumlah serangan terbuka ia luncurkan, khususnya ke kubu 02. Misalnya, Muhaimin mengaku kecewa pada komitmen pemerintahan Jokowi yang tidak serius dan memilih menunda pelaksanaan pajak karbon, hilirisasi ugal-ugalan, hingga devisa nikel sangat kecil.

Muhaimin juga tampak beberapa kali berusaha memprovokasi dan memantik emosi kubu 02 untuk menyentil Prabowo, dengan menyebut adanya ketimpangan kepemilikan lahan 500 ribu hektar dibanding kepemilikan tanah rakyat yang rendah.

Muhaimin kembali mencoba memprovokasi Gibran dengan menyampaikan istilah “catatan Mahkamah Konstitusi”. Bahkan, Muhaimin juga terkesan langsung menyerang pribadi Jokowi, ayahanda Gibran, dengan menyinggung tentang isu ijazah palsu hingga sentilan tentang penghormatan pada masyarakat adat bukan sesederhana memakai baju adat saat peringatan 17 Agustus setiap tahunnya.

Soal Gibran, Umam menilai, meskipun sesekali menyerang, namun kali ini Gibran lebih banyak memainkan strategi defensif.

“Karena sengitnya serangan 01 dan 03, Gibran terpaksa harus menjawab sekaligus mempertanggungjawabkan kinerja pemerintahan Jokowi selama ini,” kata Umam.

Sementara itu, pilihan strategi debat Gibran yang mengulang lagi singkatan atau istilah konseptual, kali ini memang kembali berhasil menjebak Mahfud dan Muhaimin.

Hal itu terefleksi dalam jawaban mereka yang terkesan mengambang. Namun, sikap dan gimmick Gibran dalam menyampaikan pertanyaan dan merespon jawaban justru terkesan kurang simpatik.

“Seharusnya Gibran tampil tenang dan menghindari sejumlah gimmick yang tidak perlu dan tidak produktif, karena sebenarnya materi serangannya sudah kena sasaran,” ujar Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina ini.

Namun karena Gibran lebih memilih melanjutkan gimmick yang kurang simpatik, akhirnya kubu 01 dan 03 kompak menghantam strategi itu dengan judgement pertanyaan receh dan tidak layak untuk dijawab.

Umam menjelaskan, dalam debat kali ini, lagi-lagi kubu 01 dan 03 kembali menunjukkan kekompakan mereka untuk menghantam 02.

“Kali ini, keduanya dipertemukan oleh isu kebijakan food estate, impor pangan, hingga tudingan kepada pemerintah Jokowi yang dinilai tidak menunjukkan keberpihakan dan abai pada petani,” ungkapnya.

Menurut dia, strategi itu kembali dilakukan 01 dan 03 bersama-sama untuk mendegradasi basis elektoral 02. Namun, mengingat ketatnya pola serangan di antara tiga kontestan cawapres ini, debat keempat kali ini ketiganya bermain imbang. Masing-masing cukup disiplin untuk menjaga poin politik mereka agar tidak dicuri lawan.

Sementara itu, lanjut Umam, tajamnya serangan antarkontestan memang diharapkan bisa menciptakan poin politik. Namun, jika upaya saling kritik itu lama-lama semakin masuk terlalu jauh hingga mencungkil ego masing-masing calon pemimpin, hal itu justru akan merepotkan mereka untuk bermanuver dalam membangun komunikasi politik koalisi, ketika pilpres memasuki putaran kedua nantinya. (faz/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
30o
Kurs