Kamis, 28 Maret 2024

Trandmorance 2019, Ajak Milenial Lestarikan Tari Daerah Nusantara

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara penampilan peserta Trandmorance 2019 gelaran STIE Perbanas Surabaya. Foto: Istimewa

Puluhan mahasiswa beberapa kampus serta kelompok tari di Jawa Timur, ikuti Trandmorance 2019 yang digelar STIE Perbanas Surabaya sebagai satu diantara upaya memperkenalkan milenial Indonesia pada seni dan bidaya tradisi asli, khususnya tari daerah Nusantara.

Uniknya, tari yang ditampilkan diatas pentas memang bukan sekedar tari tradisional Nusantara, tetapi juga ditampilkan modern dance dan tari kreasi, yang menampilkan garapan sejumlah kelompok tari dari Jember, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Surabaya dan Malang.

“Tahun ini secara khusus kami memang menampilkan tema: No One Can Stop For us For Dance, yang setidaknya menghadirkan 46 kelompok tari, dengan 25 tari tradisi dan 21 modern dance. Trandmorance 2019 kami harapkan mampu menjembatani keingintahuan milenial pada tari tradisi sekaligus ikut melestarikan,” terang Emma Oktavianti Ketua Pelaksana Trandmorance 2019, Senin (11/3/2019).

Tahun sebelumnya digelar kegiatan yang sama tetapi dengan tema yang berbeda, dan tahun ini mewajibkan peserta tampil dengan durasi 5 menit sampai 7 menit. “Untuk penari tradisi kami berikan waktu 5 menit, sedangkan modern dance 7 menit maksimal,” tambah Emma.

Ditanya tentang penilaian, Emma menyampaikan bahwa juri memiliki kriteria penilaian diantaranya, Koreografi, Skill, Kreativitas, Kostum, Ekspresi. “Kriteria ini penting dipahami peserta agar tarian yang mereka tampilkan lebih menarik dan memberikan sentuhan hal-hal baru yang unik, dan bagus,” tambah Emma.

Tari Sabuk Mangir dari Banyuwangi yang ditampilkan kelompok tari Universitas Negeri Jember (Unej) sejatinya adalah tarian dengan sentuhan magis dala kaitannya memikat perempuan atau kaum hawa. Masyarakat meyakini bahwa Sabuk Mangir akan membuat perempuan bertekuk lutut, jatuh cinta pada laki-laki yang memilikinya.

“Tentunya kami sudah memodifikasikan Tari Sabuk Mangir sebagai karya garapan dan bukan sekedar menampilkan ritual. Tarian garapan ini memang menjadi bagian dari masyarakat yang diyakini memang mengenal Sabuk Mangir,” jelas Siska Aulia juru bicara kelompok tari Universitas Negeri Jember.

Keinginan untuk menampilkan Sabuk Mangir menurut Siska karena saat ini banyak generasi muda atau anak-anak milenial yang bisa jadi tidak mengenali produk seni bangsa sendiri. “Kami ingin mengajak milenial melihat, mengenali dna sukur-sukur kalau mau melestarikan seni tradisi ini,” kata Siska.

Sementara itu ditambahkan Emma ditahun mendatang, akan dipilih tema lain agar peserta punya lebih banyak referensi untuk bisa mengeksplor karya tari tradisi atau modern sebagai upaya mengajak milenial mencintai seni tradisi khususnya tari Nusantara.

“Harapan kami di tahun mendatang, tema akan lebih memberikan keleluasaan peserta untuk mengeksplor karya tari. Semoga dengan even seperti ini, generasi muda milenial semakin mencintai karya-karya seni tradisi Indonesia yang jumlahnya ribuan,” pungkas Emma.(tok/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
26o
Kurs