Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli kebugaran, tiba di Aceh untuk memberikan layanan kesehatan dan psikososial bagi warga terdampak banjir di Posko Pengungsian Kabupaten Pidie Jaya.
Tim Unesa yang dipimpin Mutimmatul Faidah Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategi (PPIS) memberi sejumlah bantuan layanan kesehatan dan psikososial sejak tibanya di lokasi bencana pada 10 Desember 2025.
Mutimmatul Faidah mengatakan, kehadiran tim Unesa disambut langsung oleh Muzakir Manaf atau Mualem Gubernur Aceh dan jajaran Forkopimda serta BPBD Aceh untuk berkoordinasi terkait bantuan dan layanan yang disiapkan agar menjangkau warga yang membutuhkan.
“Dalam pertemuan dengan Gubernur Aceh dan jajarannya, kami menyampaikan bantuan yang disiapkan Unesa untuk para korban berupa logistik dan layanan kesehatan, termasuk beasiswa bagi mahasiswa asal daerah yang terdampak bencana,” katanya pada Sabtu (13/12/2025).
Setelah berkoordinasi, tim Unesa bergerak menuju Posko Pengungsian Pidie Jaya untuk memberikan layanan psikososial, pemeriksaan kesehatan, serta menyalurkan satu unit pick-up berisi logistik berupa sembako, dan makanan siap saji.
Selain itu, juga terdapat paket kesehatan keluarga, obat-obatan, kebutuhan medis, perlengkapan psikososial, dan pakaian ganti untuk warga. Bantuan diterima langsung oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pidie Jaya.
Dari Pidie Jaya, tim Unesa melanjutkan perjalanan ke Bireuen, tepatnya di Posko Pengungsian Kecamatan Peusangan, dengan membawa dua unit pick-up logistik.
Tim Unesa diterjunkan di tiga titik, yakni tim medis melakukan pemeriksaan kesehatan warga, tim psikososial bermain dan bercerita bersama anak-anak, sementara tim penguatan spiritual mengadakan sesi berbagi bersama para ibu atau orang tua.
“Bermalam di Bireuen. Denyut kehidupan kota relatif normal karena listrik mati. Aktivitas penguatan warga di pengungsian terus kami lakukan. Sementara itu, proses penanganan di desa-desa terdampak masih terus diupayakan,” ucapnya.
Ia mengatakan, para korban sudah belasan hari di lokasi pengungsian. Menurutnya, warga menunjukkan resiliensi yang sangat kuat terhadap bencana, yakni meskipun rumah terendam, sebagian hancur, dan banyak harta benda hilang, tapi semangat untuk bertahan.
“Ada harapan dan doa yang terus digenggam untuk memulai kembali dari awal. Mereka yakin bahwa mereka tidak sendiri. Dengan semangat gotong royong dan kekuatan kita semua, kita bisa bangkit dari bencana ini,” pungkasnya. (ris/saf/faz)
NOW ON AIR SSFM 100
