Senin, 29 April 2024
Sejarah Foodtruck di Surabaya

Andai Jalan Tunjungan itu di Los Angeles

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Khayfuk Ie pengusaha Food Truck dan Ketua Food Truck Culinary Surabaya. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Khayfuk Ie memutuskan pulang dari Amerika Serikat dengan sejuta ide di kepalanya. Salah satunya adalah berjualan makanan dengan mobil jadi lapaknya, yang dikenal dengan Food Truck.

Khay membayangkan, kota Surabaya bisa seperti Los Angeles (LA) Amerika Serikat tempat dia dulu bekerja. Di LA, aktifitas komunitas Food Ttruck bisa sangat menguntungkan dan begitu mudah berjualan di banyak tempat. Cukup dengan membayar parkir meter, Food Truck bisa diparkir di tepi jalan.

“Waktu itu saya melihat di LA banyak sekali Food Truck. Hanya dengan memasukkan koin parkir meter, mereka bisa bebas berjualan di tepi jalan. Bahkan, meraka bisa pindah-pindah sesuai keinginan,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Rabu (17/5/2017).

Khay adalah warga Surabaya yang hidup di Amerika Serikat selama 13 tahun (1999-2013). Mulai dia kuliah di Ohio State University hingga bekerja di pabrik teknik kimia di LA.

Dia bercerita, perkembangan Food Truck sejak tahun 2013 sangat pesat di LA. Bahkan, Food Truck bisa memarkir di dekat-dekat pabrik untuk menjemput pembelinya.

“Saya merasakan sendiri, pas jam istirahat ada Food Truck yang sudah standby di depan pabrik. Kita tinggal pesen makan, terus masuk lagi bekerja. Saya mikir di Surabaya mungkin bisa kayak gitu,” kata Khay menceritakan yang dia rasakan saat di LA.

Fenomena Food Truck di LA ini yang meyakinkan Khay untuk balik ke Indonesia khususnya hidup di tanah kelahirannya di Surabaya. Dia memboyong dua anak dan istrinya ke Surabaya.

Dengan modal dari tabungannya selama di Amerika, Khay kemudian mencoba membuka restoran di Jl Dharmahusada, tapi ini hanya bertahan dua tahun. Dia menghitung, usaha ini tidak mencukupi untuk bayar sewa tempat.

“Waktu itu tidak mencukupi, saya putuskan tutup,” katanya.

Rasa penasaran Khay di dunia usaha kuliner terus diwujudkan. Dia mencoba membuat Food Truck pada tahun 2016. Dia mulai membeli mobil Isuzu Elf dan dimodifikasi menjadi Food Truck. Dia memilih menu kuliner serba Waffle.

Bersama istrinya dia terus berjuang menekuni bisnis ini. Di awal-awal memang sulit, karena Food Truck belum familiar untuk pecinta kuliner di Surabaya. Tapi, Khay tidak menyerah. Dia terus keliling.

“Food Truck lebih hemat untuk bisnis. Biaya sewa tempat untuk restoran bisa untuk membangun Food Truck. Kalau toh nanti tidak laku, saya masih memiliki trucknya. Selain itu, saya masih bisa ganti-ganti menu yang dijual,” katanya.

Dia mencari tempat mangkal di ruko-ruko dekat kampus. Ketemulah di kawasan Semolowaru. Dia mencoba menyasar pasar mahasiswa di kawasan itu. Hasilnya lumayan, dia hanya bagi hasil 10 persen dengan pemilik toko di ruko itu, dengan buka bergantian. Saat toko itu tutup, dia baru mulai buka dagangannya.

Setelah usaha Food Truck di kawasan kampus ini berjalan, dia mencoba melobi sejumlah mal-mal di Surabaya. Kemudian di Pakuwon Mall dia mendapatkan stan yang sifatnya kerjasama.

“Awal-awal Pakuwon Mall buka, kami bekerjasama ikut meramaikannya. Kami diberi 6 bulan pertama diskon 50 persen. Fasilitas Food Truck juga disediakan pihak Mal,” katanya.

Bagi Khay, tekad berbisnis hanyalah posistif thingking. Bagi dia, tidak ada bisnis yang tidak ada risikonya. Dia terus berkeliling dari event ke event untuk mengenalkan Food Truck bersama teman-temannya.

“Bagi saya, Food Truck ini juga bagian dari promosi produk saya,” kata mantan Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat, Colombus Ohio State University ini.

Saat ini, sudah satu tahun Khay mendirikan Komunitas Food Truck Culinary Surabaya (Focus) sejak 2016. Dia berharap komunitas ini bisa menjadi wadah alternatif kaum muda Surabaya untuk memulai berbisnis.

Di Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2017, komunitas Food Truck siap ikut mewarnai harapan para kaum muda Surabaya yang ingin mandiri. Lewat event SUCF yang bertajuk Tunjungan Awake ini, dia berharap Food Truck bisa mengembalikan geliat ekonomi di Jl Tunjungan seperti dulu.

“Saya masih terus bermimpi, Jalan Tunjungan bisa seperti di LA,” katanya.

Di acara Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2017 di Jalan Tunjungan pada Minggu 21 Mei nanti, dimulai pukul 15.00 WIB – 22.00 WIB. Tema SUCF 2017 kali ini: Tunjungan Awake. Sesuai tema, festival budaya urban Surabaya ini berupaya membangkitkan Tunjungan sebagai bagian dari sejarah Surabaya.

Data dan Fakta Food Truck di Surabaya:

– Jumlahnya ada 24 Foodtruck dengan berbagai menu kuliner.
– Komunitas Foodtruck berdiri 10 November 2016 tpat di Hari Pahlawan.

Tantangan:
– Mencari lokasi, karena tidak bisa sembarang parkir.
– Cuaca.
– Perizinan kendaraanya (KIR) jenis mobilnya.
– Di Jakarta sudah ada KIR mobil toko, di Surabaya belum. (bid/ipg)

Teks Foto:
– Khayfuk Ie bersama Arumi Bachsin istri Bupati Trenggalek saat mengikuti event di Trenggalek.
Foto: Istimewa

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
31o
Kurs