Selasa, 30 April 2024

Kenaikan Data Inflasi AS 3,2 Persen Sebabkan Rupiah Melemah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara

Lukman Leong Analis pasar uang menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi data inflasi AS yang secara year on year (yoy) atau tahunan meningkat menjadi 3,2 persen dibandingkan sebelumnya 3,0 persen.

“Rupiah melemah setelah data menunjukkan inflasi AS yang naik pertama kalinya dalam setahun walau sedikit di bawah perkiraan sebesar 3,3 persen disusul pernyataan The Fed (San Francisco Fed) President Mary Daly membuat dolar AS rebound dari penurunan awal,” ujar Lukman Leong dilansir Antara pada Jumat (11/8/2023).

Melihat sentimen dari dalam negeri, Lukman menilai masih cukup positif. “Namun, rupiah dan mata uang regional saat ini tertekan oleh penguatan dolar dan kekhawatiran perlambatan ekonomi China,” tuturnya.

Sebelumnya, Ariston Tjendra pengamat pasar uang menyampaikan jika data inflasi AS menunjukkan penurunan di bawah 3,0 persen (angka pada bulan Juni 2023), dolar AS akan semakin melemah karena The Fed dapat melonggarkan kebijakan suku bunga tinggi, begitu pula sebaliknya.

Dolar AS bertahan hampir datar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor memperhatikan laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang menunjukkan kenaikan normal pada Juli 2023.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik tipis 0,03 persen menjadi 102,5222 pada akhir perdagangan.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis kemarin bahwa IHK naik 0,2 persen bulan lalu, menyamai kenaikan pada Juni. IHK naik 3,2 persen dalam 12 bulan hingga Juli, menguat dari kenaikan 3,0 persen pada Juni.

IHK inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, naik 0,2 persen pada Juli, serupa dengan kenaikan bulan sebelumnya. Dalam basis 12 bulan, IHK inti tumbuh 4,7 persen setelah naik 4,8 persen pada Juni.

“Laporan IHK Juli menawarkan bukti yang lebih meyakinkan bahwa tekanan inflasi mereda,” tandas Lydia Boussour ekonom senior EY-Parthenon. (ant/bnt/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
26o
Kurs