Sabtu, 27 April 2024

Pedagang Grosir di Surabaya Optimistis Ramai Pembeli Pascapenutupan TikTok Shop

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Salah satu lorong PGS yang nampak beberapa pembeli, Jumat (6/10/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net Salah satu lorong PGS yang nampak beberapa pembeli, Jumat (6/10/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Sejumlah pedagang grosir di Surabaya optimistis akan ramai pembeli pascapenutupan social commerce TikTok Shop. Meski demikian, mereka mengaku masih merasakan peningkatan penjualan, dua hari  setelah penutupan.

Pantauan suarasurabaya.net, pengunjung masih jarang terlihat di hampir semua lantai Pusat Grosir Surabaya (PGS), kecuali stan makanan di lantai paling atas.

Ada beberapa toko yang menjalankan aktivitas jual beli, tapi banyak pula karyawan maupun pemilik yang terlihat menunggu kedatangan pelanggan di depan lapaknya masing-masing sambil menawarkan barang jualannya.

“Alhamdulillah mulai ramai, sebelumnya sepi bahkan karyawan sempat diliburkan gara-gara TikTok Shop, masuk seminggu cuma berapa kali. Sejak ditutup, sudah mulai banyak pengunjung, biasanya sepi. Selama ini toko saya kerja jualan baju ini tidak pernah berdagang online. Memang gak semurah TikTok Shop tapi bisa tawar-menawar,” terang Fitria salah satu karyawan toko pakaian dewasa di lantai 3 PGS ditemui, Jumat (6/10/2023).

Beberapa pengunjung di stan pakaian lantai 3 PGS, Jumat (6/10/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net
Beberapa pengunjung di stan pakaian lantai 3 PGS, Jumat (6/10/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Senada, Warni karyawan toko baju anak juga yakin omzet dan pembeli grosir yang sempat anjlok sampai 100 persen itu akan membaik pascapenutupan TikTok Shop.

“Pengaruh banyak gara-gara TikTok Shop, biasanya pedagang yang ecer datang ke sini, terus gak pernah lagi. Beli di sana (TikTok Shop). Biasanya bilang, dibandingkan kalau di TikTok Shop lebih murah. Dulu, Sabtu, Minggu, tanggal merah, itu full pembeli apalagi eceran. Sekarang satu sampai dua sudah bagus. Kami ini kan melayani grosir besar, kalau pedagang ecer di bawah kami sepi, kami juga sepi, kalau mereka ramai, grosir gini juga ramai,” bebernya.

Rata-rata para pedagang yang setuju memang tidak berkecimpung di penjualan online baik e-commerce lain atau social commerce TikTok Shop. Sama seperti dua penjual sebelumnya, Sri Ayu karyawan toko mukenah menyebut kehilangan pembeli sampai 50 persen dari biasanya selama TikTok Shop mulai digemari.

“Kehilangan pelanggan, ada yang sudah gak ke sini, banyak. Hampir separuh pelanggan hilang dan omzet turun 50 persen dalam beberapa bulan terakhir,” jelasnya.

Meski pascapenutupan belum terlihat pembeli maupun tengkulak berbondong-bondong, tapi ia berharap dampak itu segera dirasakan.

“Masih belum kelihatan pelanggan lama ke sini lagi, masih sepi. Paling sepi ya bisa jualan lima item, paling banyak Sabtu sama Minggu. Semoga pasar ramai lagi. Selama ini cuma jualan offline, gak pernah online. Cara menarik pembeli ya mendatangkan model baru,” tandasnya.

Deretan toko pakaian anak di PGS yang nampak sepi dari aktivitas jual beli, Jumat (6/10/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net
Deretan toko pakaian anak di PGS yang nampak sepi dari aktivitas jual beli, Jumat (6/10/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Sementara Ocep Pariui, warga Ambon yang sedang bertugas di Surabaya nampak membeli kaos yang langsung dia bayar, setelah melihat sebentar dan bertanya pada penjual.

Ia mengaku biasa melakukan transaksi secara online lewat e-commerce atau social commerce TikTok Shop karena lebih mudah dan tak perlu menghabiskan waktu pergi ke toko.

“Suka, selalu (belanja secara online) karena nggak ribet. (Kalau ke toko) kebetulan ada tugas makanya ke sini. Kalau di rumah beli di TikTok Shop, enak. Kalau di pasar lihat langsung beli,” ucapnya.

Pendapat yang hampir sama dilontarkan Siti, pembeli lain yang nampak berhenti di beberapa stan baju muslim. Ia mengaku sering transaksi secara online salah satunya TikTok Shop, tapi ia juga tidak meninggalkan kebiasaan belanja di toko atau pasar untuk kebutuhan tertentu.

“Senang online dan biasa. Dua-duanya. Online memang gampang dan tidak ribet aja. Tapi kalau ke toko juga kadang suka,” jelasnya.

Begitu juga Ranti, yang terlihat memborong hampir 10 helai kerudung paris jadul di PGS. Ia mengaku baru ini setelah sejak pandemi terbiasa belanja online.

Imbas TikTok Shop ditutup, ia terpaksa ke pasar untuk membeli kerudung kesukaannya meski dengan harga lebih mahal karena platformnya sudah ditutup.

“Aku suka online TikTok Shop, karena platform yang aku pakai buat nonton, buat scroll fashion, dan lain-lain. Jadi kadang sekalian aja belanja, apalagi lihat live yang gak sengaja lewat, pembeli bisa minta penjual atau hostnya nyoba yang mau dibeli. Ditambah harganya lebih murah. Bedain toko yang terpercaya dengan yang tidak kalau di TikTok Shop juga lebih gampang dari pada platform lain,” tandasnya.

Sekedar diketahui, TikTok Shop resmi tutup 4 Oktober 2023. Penutupannya menuai pro dan kontra. Sebagian orang mendukung karena social commerce ini menyalahi aturan, tapi sebagian lainnya juga merasa kehilangan kemudahan belanja. (lta/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
30o
Kurs