Kamis, 2 Mei 2024

Ingin Kenal Lebih Dekat, 20 Delegasi Asian Pasifik Kunjungi Eks Lokalisasi Dolly

Laporan oleh Bruriy Susanto
Bagikan
Sebanyak 20 delegasi Asian Pasifik melakukan kunjungan di eks lokalisasi Dolly dan Jarak. Foto: Brury suarasurabaya.net

Sebanyak 20 delegasi Asian Pasifik melakukan kunjungan di eks lokalisasi Dolly dan Jarak. Mereka ingin mengenal lebih dekat tempat yang pernah menjadi lokalisasi besar, dan sekarang sudah ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Untuk mengenal lebih dekat, pihak Kecamatan Sawahan mengajak 20 delegasi tersebut keliling sekitar eks lokalisasi Dolly dan Jarak dengan naik becak.

Seperti, di Jalan Kupang Gunung Timur Gang 1 yang merupakan basis dikenal dengan sebutan Dolly yang dulunya banyak dihuni PSK saat ini sudah jadi tempat pelatihan, warung kopi dan pedagang kaki lima.

Untuk tempat pelatihan pembuatan alas kaki atau sepatu ada di bekas bangunan wisma Barbara, yang dulunya banyak dihuni wanita penghibur.

Di tempat tersebut rata-rata yang belajar atau berlatih adalah orang yang pernah bekerja sebagai PSK, dan seorang pedagang kaki lima yang dulu hidupnya banyak bergantung pada keramaian dan gemerlap lokalisasi Dolly, untuk mengais rejeki.

Seperti diungkapkan Jarwo, warga Putat Jaya B Gang 1, dulunya seorang penjual warung kopi keliling. Saat lokalisasi Dolly dan Jarak ditutup oleh pemerintah kota Surabaya, kehidupannya berubah karena, sudah tidak ada uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

“Tiga bulan lamanya saya tidak jualan kopi keliling. Karena Dolly dan Jarak sudah ditutup,” kata Jarwo, kepada suarasurabaya.net, Selasa (20/9/2016).

Tapi, begitu Pemerintah Kota Surabaya memberikan kesempatan pada warga dan seorang PSK yang ingin berkembang, maju dan mandiri, Jarwo akhirnya mencoba mengikuti pelatihan seperti bagaimana cara memproduksi tempe.

“Setelah bisa belajar, mencoba produksi sendiri. Saya jual keliling, tapi berjalan hanya empat bulan. Setelah itu berhenti karena banyak pesanan, modal tidak ada,” ujar dia.

Namun, jualan tempe keliling dari hasil produksi sendiri tersebut tidak berjalan lama. Setelah pemerintah memberikan modal kepada warga, PSK yang sudah berhenti, dan penjual kopi yang ada di sekitar eks lokalisasi.

“Baru dapat modal itu tiga tahun lalu sekitar Rp10 juta. Saya produksi lagi, awalnya hanya 3 kilo per yang hasilnya hanya Rp1 juta. Tapi, sekarang sudah produksi 20 hingga 30 kilo, hasilnya lumayan sebulan bisa sekitar Rp8 juta hingga Rp 10 juta,” ujarnya. (bry/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
29o
Kurs