Minggu, 28 April 2024

Perusahaan Ethanol Asal Malang Berkomitmen Ramah Lingkungan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi ethanol. Foto: molindo.co.id

PT Molindo Raya Industrial (MRI/Molindo) perusahaan produsen ethanol (alkohol) yang berbasis di Lawang, Malang berkomitmen menjadi perusahaan ramah lingkungan (green company).

Komitmen ini terus diperkuat setelah perusahaan ini dinobatkan sebagai juara dua ajang Indonesia Green Company Award 2018 yang diselenggarakan Majalah SWA beberapa waktu lalu.


Indra Winarno, Komisaris Utama Molindo saat menerima penghargaan juara II Indonesia Green Company Award 2018. Foto: Istimewa

Molindo adalah perusahaan manufaktur pengolah limbah pabrik gula berupa molasses atau tetes tebu menjadi ethanol kualitas food grade yang digunakan oleh bermacam industri.

Selama 53 tahun beroperasi, ethanol hasil produksi Molindo telah digunakan sebagai bahan baku perusahaan rokok, farmasi dan obat-obatan, alat-alat kedokteran, kosmetik, minuman beralkohol, serta percetakan.

Arief Goenadibrata, Direktur Utama Molindo mengatakan, inovasi pemanfaatan limbah sisa produksi terus mereka lakukan untuk mencapai zero waste atau nol limbah.

Majalah Swa menilai, Molindo pantas menjadi industri ramah lingkungan terbaik kedua karena komitmen pimpinan, pelaksanaan, program berkelanjutan, dan hasil atau dampak konkret penerapan green company.

Tidak hanya mengolah limbah pabrik gula, Molindo juga telah menerapkan pengolahan sisa hasil produksi ethanol menjadi pupuk kalium organik yang bermanfaat untuk lahan tebu.

“Di satu sisi kami tingkatkan efisiensi material dan energi pada proses produksi. Di sisi lain kami juga meminimalkan kerusakan lingkungan mendekati titik nol,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (12/7/2018).

Pada 2009 lalu, perusahaan yang kini telah menghasilkan ethanol dengan kapasitas produksi 80 juta liter per tahun itu mendirikan green house seluas tiga hektare.

Di lokasi itu, perusahaan melakukan pengeringan limbah secara alami untuk dicampur dengan beberapa bahan lainnya sehingga menjadi pupuk organik.

“Kami bekerja sama dengan Petrokimia Gresik untuk menyaluran pupuk petroganik ini ke petani tebu. Jadi dari petani ke petani lagi. Ada juga limbah yang dipakai pakan ternak yang sudah dicobakan di beberapa desa binaan di Salatiga, Jawa Tengah,” katanya.

Tidak cukup dengan prestasi yang didapatkan, Molindo meningkatkan tantangan dengan melakukan pengolahan limbah vinase cair dalam upaya penerapan zero waste di lingkungan perusahaan.

Limbah vinase cair ini ke depan akan diolah menjadi sumber energi listrik dengan mesin boiler vinase teknologi dari India. Proses pembangunan boiler vinase tengah berlangsung dan ditargetkan beroperasi di awal 2019.

“Listrik dari hasil vinase boiler ini mampu menghasilkan 56 ton uap yang akan dikonversi menjadi 4,9 MW listrik. Jumlah ini lebih dari cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan operasional pabrik sekitar 4,5 MW,” ujarnya.

Upaya Molindo untuk mengelola lingkungan ini, menurut dia, merupakan sesuatu yang menantang karena dibutuhkan kesungguhan, ketelitian, dan komitmen.

Dana yang harus dikucurkan pun tidak sedikit, bisa mencapai miliaran supaya Molindo menjadi perusahaan yang ramah lingkungan.

“Kami terus melakukan monitoring serta melanjutkan pengembangan teknologi baru untuk lebih meningkatkan efisiensi proses,” tuturnya.

Prof Eniya Listiani Dewi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, dari sisi lingkungan, konsep nilai tambah dan manajemen bahan baku Molindo sudah baik.

“Molindo sudah melakukan efisiensi dan menempatkan boiler baru yang bisa menggantikan seluruh kebutuhan energi di tempatnya,” katanya.(den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
30o
Kurs