Kamis, 2 Mei 2024

Jurus Memilih Daging Berkualitas di Tengah Merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Warga Karangrejo Sawah Gang XII Surabaya mendistribusikan daging kurban dengan besek yang terbuat dari bahan bambu yang merupakan bagian dari program green and clean, Rabu (22/8/2018). Foto: Dok. suarasurabaya.net

Eko Dwi Martini Ahli Gizi Graha Amerta RSUD Dr Soetomo Surabaya membagikan tips memilih daging sapi yang berkualitas baik, di tengah merebaknya isu bahaya penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.

Pertama, warnanya harus merah segar, tidak pucat. Biasanya warna daging hewan yang usianya lebih tua, lebih gelap.

Kedua, teksturnya kenyal dan cepat kembali ke posisi semula jika ditekan dengan jari. “Kalau dagingnya ditekan ambles, berarti kualitasnya sudah turun. Bisa jadi karena penyimpanannya terlalu lama,” kata Eko.

Ketiga, cek aromanya. Eko menyarankan pilih yang beraroma khas sapi, bukan yang amis.

Keempat, pilih daging yang tidak berair. Daging mentah yang berair dikhawatirkan hasil gelonggongan. “Ada juga yang dikasih pewarna makanan. Daging yang bagus keset, tidak keluar air,” ujar Eko.

Kelima, pertimbangkan kandungan lemaknya karena akan berpengaruh pada cita rasa masakan.

Keenam, jika perlu, cek sertifikatnya. Pembeli bisa menanyakan ke pedagangnya, bahkan di pasar tradisional, karena dari rumah potong hewan ada sertifikatnya.

Eko Dwi menjelaskan, daging sapi yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku tidak dapat dibedakan secara kasat mata. Oleh karena itu, untuk menghindarinya, masyarakat harus tahu cara mengelolanya. Kurangi risiko dengan cara dimasak dengan baik dan benar.

Usahakan tangan dalam kondisi bersih saat menyiapkan daging mentah. Talenan juga harus dibersihkan dulu baru dipakai untuk daging. Gunakan talenan yang berbeda untuk sayur dan daging. Selesai digunakan, cuci lemak yang menempel di alat masak sampai bersih.

“Cuci daging sebentar saja. Jangan sampai direndam karena mengurangi cita rasanya. Setelah membeli daging, bisa langsung direbus. Buang air rebusan pertama, kemudian rebus lagi,” kata Eko.

Kalau harus menyimpan daging mentah dalam lemari pendingin, simpan di suhu minimal 18 derajat celcius. Paling lama empat bulan. Sedangkan untuk daging matang yang disimpan di lemari pendingin dengan suhu yang sama bisa bertahan sampai enam bulan. Jangan mencampur daging matang dan mentah dalam satu wadah penyimpanan.

“Saat memasak daging, suhunya jangan sampai kurang dari 70 derajat celcius. Di suhu itu, bakteri Salmonella dan Escherichia Coli diharapkan sudah mati,” ujar Eko.

Khusus untuk konsumsi jeroan, Eko Dwi mengingatkan untuk mempertimbangkan kondisi tubuh. “Kalau normal dan sehat, kolestrol asam urat dan jantung normal sehat, hasil pemeriksaan laboratorium bagus, boleh sebatas sesuai kebutuhan. Jangan terlalu sering,” ujarnya.

Perlu diketahui, penyakit mulut dan kuku (PMK) menjangkiti ribuan ternak sapi di daerah Jawa Timur. Untuk mencegah penyebaran lebih luas, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menutup sementara pasar hewan di Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan.

Sementara Rumah Potong Hewan Kota Surabaya sudah meningkatkan pengawasan. Memastikan ternak sapi yang masuk ke RPH bukan berasal dari tempat terjadinya wabah PMK. Serta melakukan penyemprotan disinfektan kepada semua ternak dan kendaraan pengangkut hewan yang masuk ke lokasi RPH.

Bersamaan dengan meningkatnya kewaspadaan pemerintah, di kalangan masyarakat awam beredar luas ajakan untuk tidak mengonsumsi daging sapi. Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan (Menkes) menyatakan, bahwa penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menginfeksi hewan ternak sangat jarang menular ke manusia. Umumnya cuma menular ke hewan yang berkuku kaki cabang dua, seperti sapi, dan domba.

Sebelumnya Dr. drh. Nusdianto Triakoso dari Departemen Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga menegaskan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak tidak menular pada manusia. Juga tidak menular pada hewan peliharaan.

“Penyakit ini hanya terjadi pada ternak yang berkuku belah atau dua. Sapi, kerbau, kambing, dan domba. Banteng dan rusa juga berpotensi,” kata dokter Nus. (iss/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
33o
Kurs