Selasa, 30 April 2024

Jelang Olimpiade 2024, Prancis Terapkan Teknologi AI di Kamera CCTV

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Kamera di seluruh Paris akan menggunakan algoritme untuk mendeteksi anomali seperti perkelahian dan tas yang ditinggalkan. Foto: BBC News

Kota Paris akan menggunakan kamera real time yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan selama gelaran Olimpiade 2024 mendatang.

Melansir BBC pada Kamis (20/7/2023), sebuah versi dari sistem keamanan AI yang baru telah diterapkan di beberapa kantor polisi di seluruh Prancis. Salah satu pelopornya adalah kantor polisi di Massy, selatan Paris.

“Jadi, perangkat AI memonitor semua kamera. Ketika melihat sesuatu yang diperintahkan untuk diwaspadai, seperti sekelompok orang yang tiba-tiba berkumpul, maka perangkat ini akan memberikan peringatan,” ungkap Nicolas Samsoen Wali Kota Masssy.

Sasmsoen melanjutkan, dalam sistem ini AI berperan mendeteksi adanya gangguan tersebut dengan dilatih menggunakan kumpulan data berupa gambar. Seperti tas-tas yang sering ditinggal di jalan.

Meski begitu, AI hanya bertugas sebatas memonitor dan mengingatkan. Sebab keputusan untuk menanggapi gangguan tersebut terletak pada manusia, yaitu Polisi yang bertugas.

“Yang penting adalah manusia (Polisi) yang membuat keputusan akhir tentang bagaimana bereaksi, bukan komputer. Algoritma ini memberdayakan manusia,” ujar Samsoen.

Di sisi lain, kelompok-kelompok pejuang hak sipil mengutarakan kekhawatirannya akan sistem ini. Mereka khawatir tujuan sebenarnya dari pemerintah Prancis adalah untuk membuat ketentuan keamanan yang baru ini menjadi permanen.

“Kami telah melihat hal ini di Olimpiade sebelumnya seperti di Jepang, Brasil, dan Yunani. Apa yang seharusnya menjadi pengaturan keamanan khusus untuk situasi khusus pertandingan, akhirnya dinormalisasi,” kata Noémie Levain dari kelompok kampanye hak-hak digital La Quadrature du Net.

Prancis sendiri memiliki undang-undang yang secara eksplisit melarang penggunaan teknologi pengenal wajah. Seperti yang diadopsi oleh China, misalnya, untuk melacak individu yang mencurigakan.

François Mattens Vice President of Public Affairs and Strategic Partnerships perusahaan AI XXII dari Perancis mengkonfirmasi bahwa pihaknya yang akan menyediakan layanan perangkat lunak AI tegas mengikuti undang-undang yang berlaku.

“Apa yang membuat kami menarik adalah kami menyediakan keamanan, tetapi dalam kerangka hukum dan etika,” tutur Mattens.

Mattens juga menegaskan pihaknya tidak akan dan tidak bisa secara hukum mengimplementasikan pengenalan wajah dalam sistem AInya nanti.

Klaim tersebut tidak memuaskan Noémie Levain, karena menurutnya ini hanyalah “narasi” yang digunakan pengembang untuk menjual produk mereka.

“Mereka mengatakan bahwa di sini tidak akan ada pengenalan wajah. Menurut kami, pada dasarnya sama saja,” imbuhnya.

Levain berpendapat bahwa pemantauan video AI adalah alat pengawasan yang memungkinkan negara untuk menganalisis tubuh kita, perilaku kita, dan menentukan apakah itu normal atau mencurigakan. Bahkan tanpa pengenalan wajah, alat ini bisa jadi kontrol massal.

“Kami melihatnya sama menakutkannya dengan apa yang terjadi di Tiongkok. Ini adalah prinsip yang sama dengan kehilangan hak untuk menjadi anonim, hak untuk bertindak sesuai keinginan kita di depan umum, hak untuk tidak diawasi,” tuturnya. (bnt/saf/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
29o
Kurs