Kamis, 2 Mei 2024

Manfaatkan Kain Perca, Kain Yoyo Jadi Inovasi Zero Waste Fashion

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Kain Yoyo yang dibentuk para peserta lokakarya Yoyo Totebag with Aryani Widagdo yang diselenggarakan di Function Hall Suara Surabaya Media, Sabtu (10/11/2018). Foto: Astari suarasurabaya.net

Kampanye dengan konsep cinta lingkungan atau zero waste kini tidak hanya berlaku pada perilaku keseharian berupa tindakan, namun juga pada produk fesyen.

Produk fesyen ini salah satunya adalah dengan memanfaatkan kain perca dengan bentuk kain yoyo, seperti yang kembali dikenalkan oleh Ariyani Widagdo Fashion Educationist dengan menerapkan berbagai inspirasi yang dimilikinya.

Pada Sabtu (10/11/2018) pagi, Ariyani Widagdo membagikan ilmunya mengenai yoyo kain dalam lokakarya yang ditujukan bagi pemula dalam Yoyo Totebag with Aryani Widagdo.

Tiga puluh peserta yang keseluruhannya perempuan ini mengikuti lokakarya dimulai dengan mendapatkan pemaparan mengenai konsep zero waste fashion ala Ariyani Widagdo.

Ariyani mengatakan, tujuan adanya lokakarya ini tidak hanya sekadar membuat totebag, namun juga meninggalkan segala single use plastic. Menurutnya, pemberian pemahaman kepada perempuan yang sangat erat dengan kegiatan berbelanja ini adalah salah satu upaya tercepat dalam gerakan zero waste.

“Masyarakat di Indonesia tiap menitnya menggunakan tas plastik. Jadi bisa dibayangkan, tiap harinya berapa, tiap tahunnya berapa. Karena terbiasa berbelanja, penggunaan kantong plastik identik dengan para ibu rumah tangga. Oleh karena itu, langkah ini akan jadi salah satu langkah tercepat. Totebag ini bisa digunakan untuk belanja,” ungkap pendiri Arva School of Fashion tersebut.

Selanjutnya, para peserta mulai menjahit menggunakan teknik tusuk jelujur dengan keterampilan tangan pada salah satu permukaan totebag dari bahan kanvas berukuran 38 x 32 sentimeter. Jahitan dengan benang wol ini adalah dengan membentuk garis-garis sehingga permukaan totebag terbagi menjadi sembilan ruas untuk menjadi tempat kain yoyo.

Setelah selesai, maka selanjutnya adalah membuat kain yoyo. Kain yoyo dibuat dari kain perca persegi dengan ukuran 20 x 19 sentimeter. Kain perca ini pertama-tama dilipat dan dijahit seluruhnya pada bagian pinggirnya dengan luas kurang lebih 0,5 sentimeter. Jahitan pada yoyo kain tersebut kemudian dikencangkan dan dibalik. Jadilah kain yoyo yang bentuknya hampir mirip seperti bentuk bunga.

Selanjutnya, kain yoyo ini dijahitkan ke permukaan totebag yang sudah terbagi dalam sembilan ruas.


Para peserta lokakarya Yoyo Totebag with Aryani Widagdo sibuk menjahit kain yoyo. Foto: Astari suarasurabaya.net

Kain yoyo sebagai inovasi seni kain bukan merupakan hal baru. Ariyani mengatakan, teknik ini ia kembali gunakan karena cukup mudah, hanya dengan menggunakan keterampilan tangan, serta bisa digunakan untuk mengisi waktu senggang.

“Kain yoyo sudah ada dari lama. Tapi saya terapkan dari berbagai inspirasi yang saya dapat. Seperti tas yang terispirasi porselen China, yang erat dengan kesan biru putih, sarung bantal yang terinspirasi musim gugur, boneka badut dengan badan yang terdiri dari tumpukan yoyo kain yang terinspirasi sirkus,” ungkapnya sambil menunjukkan karyanya pada suarasurabaya.net.

Untuk membentuk kain yoyo sendiri, kain yang disiapkan tidak harus berbentuk persegi, namun bergantung pada bentuk yang diinginkan. Seperti kain dengan bentuk oval, hingga lingkaran.

Lokakarya ini diselenggarakan She Radio di Function Hall Suara Surabaya Media sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB. (nin/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
31o
Kurs