Senin, 29 April 2024

Mengenali Kondisi Cuaca dari Tanda-tanda Alam

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Kondisi awan cumulonimbus yang menyelimuti langit Surabaya, Rabu (24/2/2016) menjelang pukul 16.00 WIB, sebelum hujan lebat mengguyur Kota Surabaya. Foto: Samuel Harahap via e100

Eko Prasetyo, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG mengatakan, kondisi cuaca dan iklim di Indonesia yang berada di garis khatulistiwa punya dinamika perubahan yang sangat cepat.

Meski begitu, ini bisa diamati dengan kacamata orang awam melalui fenomena alam untuk meningkatkan kewaspadaan.

“Apakah selalu ketika mendung turun hujan? Kita harus melihat parameter cuaca lain, seperti kelembaban udara. Dingin saja tidak cukup, harus basah kelembabannya,” kata Eko Prasetyo saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (23/11/2021).

Dia mencontohkan fenomena alam di bulan Juni-Juli di mana cuaca dingin namun hujan tidak turun.

“Ini pernah kita rasakan di bulan Juni-Juli, dingin bediding tapi kering. Itu tidak mendatangkan hujan. Itu sesuatu yang sifatnya siklis, bisa terjadi di bulan-bulan tertentu di daerah tropis khususnya Jawa Timur. Bukan sesuatu yang anomali atau ketidaknormalan,” jelasnya.

Eko Prasetyo, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG saat meninjau dampak banjir di Sintang, Kalimantan Barat, Sabtu (20/11/2021). Foto: Istimewa

Lalu untuk fenomena awan hitam pekat akan selalu disertai oleh angin kencang. Bila kondisi ini menerpa perairan, akan memicu terjadinya gelombang tinggi.

Sementara untuk banjir bandang atau banjir rob, menurutnya sangat bisa diprediksi karena ada siklusnya.

“Yaitu awal atau akhir Bulan Hijriah dan pertengahan Bulan Hijriah. Di situlah titik rawan atau fase pasang maksimum,” sebut Eko.

“Jika musim hujan dengan curah hujan yang tinggi biasanya menambah dampak air yang masuk ke laut terhambat, karena adanya pasang maksimum sehingga beberapa wilayah menjadi banjir,” Eko melanjutkan penjelasannya.

Dalam kesempatan itu dia juga menyebut, intensitas hujan umumnya tergantung uap air yang terkumpul di atmosfer.

“Hujan adalah proses penumpukan air di atmosfer. Ada proses pemanasan yang berbanding lurus dengan waktu, (makin lama) biasanya lebih banyak. Didukung dengan parameter meteorologi lain seperti kelembaban akan mendukung terjadinya hujan. Deras atau tidak tergantung uap air yang terkumpul,” terangnya.

Pihaknya juga meminta agar masyarakat lebih waspada karena Jatim sudah memasuki musim hujan. Sering pantau juga informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui berbagai kanal.

“Di Jawa Timur terutama di Surabaya, musim hujan akan dimulai selama empat bulan penuh yaitu Desember-Maret. Lalu pada bulan April-Mei, akan mengalami transisi memasuki musim kemarau,” pungkasnya.(dfn)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
26o
Kurs