Senin, 29 April 2024

Sambut Imlek, Kelenteng Tertua di Surabaya Berhias Diri dengan Lampion

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Kelenteng Hok An Kiong, kelenteng tertua di Surabaya dipercantik dengan pemasangan puluhan Lampion dalam rangka menyambut Hari Tahun Baru Imlek pada Minggu (3/2/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Kelenteng Hok An Kiong, kelenteng tertua di Surabaya dipercantik dengan pemasangan puluhan Lampion dalam rangka menyambut Hari Tahun Baru Imlek pada Minggu (3/2/2019). Kelenteng yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1821 ini memilih menyambut Imlek dengan sederhana.

Edi Yuwono Pengurus Kelentheng Hok An Kiong mengatakan, Kelenteng Hok An Kiong atau umum disebut Kelenteng Sukhta Loka setiap tahun memilih merayakan Imlek dengan sederhana.

“Kalau kelenteng Jalan Coklat Nomor 2, Kelenteng Sukhta Loka ini sederhana sekali dari tahun ke tahun. Tidak ada persiapan luar biasa atau persiapan khusus,” ujar Edi ketika ditemui di lokasi pada Minggu (3/2/2019).

Ia mengatakan, pada hari perayaan Imlek, kelenteng ini hanya akan mengadakan ramah tamah dengan membagikan snack saja. Biasanya mereka menerima tamu dari kota Surabaya dan luar kota.

“Biasanya kalau luar kota, kalau kebetulan ada yang sembahyang disini, ada yang pengen lagi, datang,”katanya.


Kelenteng Hok An Kiong, kelenteng tertua di Surabaya dipercantik dengan pemasangan puluhan Lampion dalam rangka menyambut Hari Tahun Baru Imlek pada Minggu (3/2/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Bersih-bersih kelenteng juga menjadi bagian lain dari persiapan menyambut Imlek di kelenteng tertua ini. Edi mengaku, sejak 10 hari sebelum imlek, pembersihan sudah dilakukan. Bahkan, kadang-kadang mengingat banyaknya yang dikerjakan, sebulan sebelum Imlek, kelenteng sudah mulai dibersihkan. Ia mengaku, tidak ada ritual khusus dalam pembersihan di Kelenteng ini.

Kelenteng tertua di Surabaya ini juga memiliki ciri khas yaitu adanya satu patung bernama Dewi Ma Tjo Poh atau Dewi Bahari yang sudah berumur ratusan tahun. Edi menceritakan, patung ini dulunya dibawa oleh saudagar tiongkok yang sering berlayar ke Surabaya.

“Kepercayaan saudagar itu kebetulan ke dewi Ma Tjo Poh, tiap beliau berlayar, selalu membawa patung dewi Ma Tjo Poh, terakhir, ketika ia merasa tua dan tidak bisa berlayar kemana-mana lagi, patung Ma Tjo Poh itu dititipkan disini,” pungkasnya. (bas/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
27o
Kurs