Senin, 29 April 2024

PRSSNI: Radio Harus Mengeksplorasi Peluang Besar di Platform Digital

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan

Selamat Hari Radio. Pada hari ini, 11 September, setiap tahun dirayakan sebagai Hari Radio Nasional. Momen ini bertepatan dengan hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI) yang didirikan pada 11 September 1945.

Seiring berkembangnya zaman, serta perkembangan kanal media baru yang berbasis internet, radio masih tegak berdiri menyapa para pendengar.

Meski demikian, pengelola atau insan radio harus beradaptasi dan berinovasi sesuai dengan perkembangan zaman, agar sesuai dengan yang dibutuhkan serta tetap bertahan.

Chandra Novriadi Ketua Dewan Kehormatan Pusat Standar Profesional Radio Siaran PRSSNI mengatakan, era digital membuat radio memiliki peluang baru, peluang yang cukup besar.

“Memungkinkan kita untuk mengeksplorasi berbagai platform di luar platform audio yang sekarang digunakan, yaitu digital analog. Tentu saja ini sebuah perubahan besar sekali,” kata Chandra ketika mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (11/9/2023) siang.

Ia mengajak insan radio belajar dari fenomena 2010 di Amerika Serikat, di mana industri radio dan televisi kehilangan 75 persen dari prime time listeners atau audiens. Pada saat itu masyarakat mulai beranjak ke konten digital.

“Ini bukan soal persoalan ganti teknologi. Sekarang mindset dan kompetensi juga berubah. Karena terbentang kesempatan baru untuk membuat porogram baru di platform lain,” jelas Chandra.

Karena perubahan yang cepat ini pula, perlu sosialisasi, edukasi, dan advokasi ke insan radio untuk akselerasi perubahan mindset ini.

Yang tak kalah penting, menurut Chandra, para pionir di industri radio dapat menginspirasi radio lain supaya bisa mengikuti, atau setidak-tidaknya melihat jejak mereka, untuk menuju perubahan tersebut.

“Saya berharap teman-teman di SS dan di kota-kota lain, menjadi pionir dalam perubahan. Sehingga teman-teman lain akan melihat, kemudian meniru, berusaha sesegera mungkin melakukan perubahan-perubahan itu,” harap Chandra.

Dalam penyesuaian di era digital ini yang perlu dipahami adalah perubahan shifting power dari intermediaris, dalam hal ini adalah pihak radio, ke audiens.

“Dulu kita yang mengatur kapan mereka mendengarkan radio dan acara apa yang mereka dengar. Sekarang itu tidak. Terjadi perubahan shifting power. Pendengar yang menentukan apa yang mau didiengar dan di mana mau didengar,” terangnya.

Perubahan ini sungguh luar biasa. Jadi, sekali lagi, mindset insan radio harus diubah. Sebab saat ini pendengar yang menentukan. “Ini perubahan yang perlu dipelajari dengan seksama oleh seluruh teman-teman di radio,” terangnyaa.

Perubahan pola konsumen secara cepat inilah yang perlu didekati dengan segera. Ada berbagai macam teknik. Apalagi jika sudah masuk ke dunia digital. Feedback pendengar bisa menjadi masukan yang berharga untuk melakukan perubahan.

“Yang pertama adalah menguatkan program. Sebab content is the king. Jadi buatlah konten sebaik-baiknya. Yang kedua adalah belajar membangun sosial medianya. Tirulah anak muda. Jangan banyak berpikir. Mulai saja dulu. Nanti diperbaiki dan disempurnakan di jalan. Jadi, jangan menunggu,” jabarnya.

Yang tak kalah penting, Chandra mengingatkan seluruh radio untuk memproduksi konten hoaks atau konten yang menipu audiens. Sebab itu adalah tanggung jawab sebagai pemilik atau pengelola domain publik.

“Sekali waktu nanti ketika ekulibrium terjadi, maka orang akan memilih informasi informasi yang bisa dipercaya dan tidak menipu,” tuturnya. (saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
28o
Kurs